Home > Shipping Tuesday, 01 Jul 2025, 13:30 WIB
Perilaku ini menyoroti bagaimana industri pelayaran beradaptasi di tengah ketidakpastian geopolitik.

ShippingCargo.co.id,Jakarta — Di tengah keraguan gencatan senjata Israel-Iran, kapal-kapal di dekat Selat Hormuz mulai menyiarkan pesan tak biasa mengenai kebangsaan mereka. Tindakan ini merupakan upaya untuk menghindari serangan, menurut perusahaan analitik risiko maritim Windward dan data pelacakan kapal pada Kamis (26/6/2025), seperti dilansir oleh Reuters, via gCaptain.
Pesan-pesan aneh ini telah digunakan sejak konflik antara Israel dan Iran pecah awal bulan ini, yang menyebabkan AS menyerang situs nuklir Iran. Meskipun Presiden AS Donald Trump telah menengahi gencatan senjata setelah 12 hari perang, ancaman maritim tetap tinggi, kata Joint Maritime Information Center (JMIC).
"Persepsi di kalangan pemilik kapal adalah bahwa karena sifat pengiriman yang rumit, sulit untuk mengetahui atau memastikan dengan jelas rantai kepemilikan kebangsaan yang mungkin berada di bawah ancaman lebih tinggi dalam pengiriman, yaitu Inggris, AS, dan Israel," jelas Ami Daniel, CEO Windward.
Dari 12 hingga 24 Juni, sebanyak 55 kapal mengirimkan 101 pesan tidak biasa di Teluk dan Laut Merah. Pesan-pesan ini termasuk frasa seperti "China owned" dan "Russian crude", dengan harapan mencegah serangan karena negara-negara tersebut cenderung tidak menjadi target seperti kapal Barat.
Biasanya, kapal menyiarkan tujuan mereka atau mengatakan "For Orders". Kadang-kadang, kapal juga mengirimkan pesan seperti "Armed Guards on Board" untuk mencegah perompak atau serangan lainnya. Namun, pesan-pesan tidak biasa ini, yang sebelumnya hampir hanya terlihat di Laut Merah (fokus serangan Houthi), kini menyebar ke Teluk Persia.
JMIC juga memperingatkan adanya gangguan elektronik di wilayah tersebut yang memengaruhi Sistem Satelit Navigasi Global (GNSS). GNSS yang macet dapat menyebabkan kapal melenceng dari jalur, meningkatkan risiko tabrakan.
Beberapa contoh nyata perilaku ini tertangkap data:
Kapal peti kemas berbendera Panama, Yuan Xiang Fa Zhan, yang menuju Pakistan, menyiarkan "PKKHI all Chinese" saat melintasi Selat Hormuz pada Kamis.
Kapal supertanker berbendera Tiongkok, Yuan Yang Hu, menyiarkan "Chinese ship" saat melintasi Selat Hormuz. Sinyal ini berubah menjadi "CN NBG" (Pelabuhan Ningbo-Zhoushan, Tiongkok) setelah kapal meninggalkan selat. Kapal peti kemas berbendera Singapura, Kota Cabar, menyiarkan "Vsl no link Israel" saat berlayar melalui Laut Merah.
Perilaku ini menyoroti bagaimana industri pelayaran beradaptasi di tengah ketidakpastian geopolitik, mencari cara inovatif untuk melindungi aset dan kru mereka di jalur maritim yang semakin bergejolak.