Tangkapan layar Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan keputusan menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin dari 5,75 persen menjadi 5,5 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulan Mei 2025 yang digelar secara daring, Rabu (21/5/2025).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyampaikan update angka pembelian surat berharga negara (SBN) di sepanjang berjalannya tahun 2025. Menurut catatan, BI telah membeli SBN lebih dari Rp 96 triliun, dengan mayoritasnya melalui pasar sekunder.
“Selama tahun 2025 (hingga 20 Mei 2025), Bank Indonesia telah membeli SBN sebesar Rp 96,41 triliun. Yaitu melalui pasar sekunder sebesar Rp 64,99 triliun dan pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN), termasuk syariah, sebesar Rp 31,42 triliun,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulan Mei 2025 yang digelar secara daring, Rabu (21/5/2025).
Perry mengatakan, BI melakukan pembelian SBN dari pasar sekunder untuk memperkuat ekspansi likuiditas kebijakan moneter. Sekaligus mencerminkan sinergi erat antara kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal Pemerintah.
Lebih lanjut, Perry menekankan, strategi operasi moneter pro-market terus dioptimalkan untuk mendukung efektivitas transmisi kebijakan moneter melalui kecukupan likuditas. Dalam hal itu, ia menyebut instrumen moneter pro-market Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valuta Asing Bank Indonesia (SUVBI), secara konsisten dioptimalkan.
Menurut catatannya, hingga 19 Mei 2025, total posisi instrumen SRBI tercatat sebesar Rp 869,67 triliun, menurun dari Rp 923,53 triliun pada awal Januari 2025, sehingga mendukung ekspansi likuiditas kebijakan moneter. Sementara itu, instrumen SVBI dan SUVBI pada 19 Mei 2025 masing-masing tercatat sebesar 1,97 miliar dolar AS dan 306 juta dolar AS. Implementasi dealer utama (primary dealer) sejak Mei 2024 juga makin meningkatkan transaksi SRBI di pasar sekunder dan repurchase agreement (repo) antar pelaku pasar.
“Ke depan, Bank Indonesia akan terus mengoptimalkan strategi operasi moneter pro-market untuk meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter dalam mencapai sasaran inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah,” terangnya.