REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Al-Habib Zain bin Ibrahim bin Semith, menuliskan dalam kitabnya, Fawaidul Mukhtaroh, ada lima golongan manusia yang kematiannya menjadi kehilangan bagi banyak orang.
Kalau kelima kelompok ini meninggal, banyak yang bersedih dan menyesali kepergiannya. Mereka ini adalah orang-orang utama yang perlu kita contoh perilakunya dalam kehidupan.
Pertama, pengajar Alquran. Manusia yang mau mempelajari dan mengajarkan al-Quran merupakan manusia terbaik. Rasulullah SAW bersabda, "Sebaik-baik orang di antara kamu adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkannya." (HR Bukhari).
Mengajarkan Alquran bermacam-macam. Ada yang mengajarkan cara membaca, hafalannya, qiraah-nya, dan ada juga yang mengajarkan tafsir serta berbagai macam ajaran agama yang bisa digali di dalamnya.
Rasulullah SAW merupakan pengajar Alquran terbaik sepanjang masa. Bahkan bukan hanya mengajarkan, Rasulullah SAW juga telah mengamalkan Alquran dalam kehidupannya.
Karena itulah beliau dijuluki Alquran berjalan. Maka wafatnya Nabi SAW menjadi duka mendalam bagi umat Islam.
Demikian pula pada generasi-generasi selanjutnya. Meninggalnya para ahli Alquran yang mau mengajarkan ilmunya selalu membuat orang lain merasa kehilangan.
Kedua, pahlawan pemberani. Mereka yang dengan gagah berani mengorbankan jiwa dan raga untuk kepentingna bangsa, negara, agama ataupun keluarga.
Seorang ayah yang bertanggung jawab tentu saja menjadi pahlawan bagi keluarganya. Ia rela berpeluh keringat membanting tulang untuk mencukupi kebutuhan keluarga, memikirkan bagaimana mendidik istri dan anaknya agar menjadi manusia baik yang selalu dekat dengan nilai-nilai agama.
Demikian juga seorang istri yang mampu memerankan fungsinya dengan baik. Ia menjadi pahlawan yang berharga bagi suami dan anak-anaknya.
Jerih payahnya mengorbankan waktu dan tenaga untuk melayani suami dan merawat serta menjaga anaknya patut dan sangat layak dihargai.
Karena itulah, meninggalnya Khadijah istri Rasulullah SAW dan Abu Thalib sampai membuat Rasulullah SAW sangat bersedih. Dan tahun meninggalnya pun sampai disebut amul huzni (tahun kesedihan).
sumber : Hikmah Republika oleh Ahmad Agus Fitriawan