Sibuk Namun tak Produktif

1 day ago 10

Image Boyke Bima

Gaya Hidup | 2025-12-03 20:37:29

Studi Banding Universitas Airlangga dengan Universitas Gadjah Mada, Jumat (14/11/2025)

Sumber Foto: Penulis

Dalam kehidupan yang serba cepat, banyak dari kita merasa sibuk seharian namun hasilnya tidak sebanding dengan energi yang dikeluarkan. Memiliki 24 jam yang sama, namun terkadang kita merasa tidak maksimal ketika beraktivitas. Fenomena ini bukan karena kurangnya waktu, melainkan karena cara kita mengelola waktu. Di era modern, “sibuk” telah menjadi semacam kebanggaan sosial. Banyak orang merasa lebih dihargai ketika terlihat kewalahan oleh pekerjaan, padahal produktivitas yang sebenarnya tidak selalu datang dari kesibukan yang berlebihan. Yang sering terjadi adalah kita terjebak dalam aktivitas kecil yang banyak menghabiskan waktu, tetapi tidak memberikan dampak signifikan pada tujuan hidup atau pekerjaan kita.

Parahnya lagi, gangguan digital seperti notifikasi ponsel, media sosial, dan pesan instan menjadi pencuri waktu terbesar yang sering tidak kita sadari. Tanpa manajemen waktu yang baik, gangguan ini membuat fokus terpecah dan energi mental terkuras sebelum pekerjaan utama tersentuh. Akibatnya, kita kehilangan fokus, kehilangan arah, dan merasa kelelahan tanpa hasil yang memuaskan.Akar masalahnya bukan pada jumlah pekerjaan, tetapi pada kurangnya prioritas. Banyak individu memulai hari tanpa arah yang jelas mengenai apa yang benar-benar penting untuk diselesaikan. Kita cenderung menunda pekerjaan besar karena terasa berat, lalu menghabiskan waktu untuk hal-hal yang seolah mendesak namun sebenarnya tidak penting. Pola seperti ini akhirnya menumpuk tekanan dan membuat kita merasa gagal di penghujung hari.

Manajemen waktu bukan sekadar membuat daftar tugas, tetapi tentang memahami nilai dari setiap menit yang kita miliki. Ketika kita belajar memilah mana yang penting, mana yang mendesak, dan mana yang bisa ditinggalkan, kita sebenarnya sedang membangun fondasi untuk hidup yang lebih terarah dan produktif. Prioritas adalah kuncinya. Secara tidak langsung, prioritas akan mengarahkan energi ke hal-hal yang benar-benar berdampak dan fokus pada tujuan, bukan sekadar yang terlihat sibuk namun tidak menghasilkan apa pun.Untuk mendukung proses tersebut, kita dapat memanfaatkan alat bantu seperti Google Calendar, Google Keep, atau aplikasi To-Do List.

Alat-alat ini bukan solusi utama, tetapi sarana untuk membantu menjaga keteraturan. Beranilah untuk menolak tanggung jawab tambahan jika Anda sudah punya banyak hal yang harus dilakukan. Konsistensi yang kecil lebih berharga daripada rencana besar yang tidak pernah dijalankan. Dengan perencanaan yang matang, kita dapat menghindari rasa panik menjelang tenggat, mengurangi stres berkepanjangan, dan memberi ruang untuk istirahat yang layak. Hidup bukan hanya tentang mencapai lebih banyak, tetapi mencapai hal-hal yang berarti dengan cara yang sehat.Waktu tidak menuntut kita untuk bekerja lebih keras, tetapi bekerja lebih bijak.

Kesadaran bahwa waktu adalah sumber daya yang tidak bisa diulang seharusnya mendorong kita untuk lebih berhati-hati dalam menggunakannya. “Apakah aktivitas hari ini mendekatkan kita pada tujuan, atau hanya membuat kita sibuk tanpa arah?,” pertanyaan sederhana ini seharusnya menjadi refleksi diri ketika memilah skala prioritas.Pada akhirnya, waktu tidak pernah berubah, kita yang harus berubah. Jika kita gagal mengelola waktu hari ini, kita akan kehilangan bukan hanya jam, tetapi kesempatan, kesehatan, dan kualitas hidup dalam jangka panjang.

Menguasai manajemen waktu adalah langkah pertama menuju hidup yang lebih produktif, lebih tenang, dan lebih bermakna. Karena sesungguhnya, yang membedakan bukanlah jumlah jam yang kita punya, tetapi bagaimana kita memilih untuk mengisinya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Politics | | | |