REPUBLIKA.CO.ID, SAO PAULO – Kebakaran hutan yang dipicu perubahan iklim menyebabkan hilangnya tutupan hutan tropis murni secara global mencapai rekor tertinggi pada 2024. Luas kehilangan mencapai 6,7 juta hektare, meningkat 80 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Angka tersebut setara luas wilayah Panama, dan sebagian besar disumbang kebakaran besar di Brasil yang akan menjadi tuan rumah Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP30) pada November mendatang. Negara itu menghadapi kesulitan besar dalam menangani kebakaran di Amazon yang tengah mengalami kekeringan terparah sepanjang sejarah.
Kebakaran hebat di Bolivia dan Kanada turut memperparah kondisi. Laporan World Resources Institute (WRI) dan University of Maryland menyebutkan, kebakaran kini menjadi penyebab utama hilangnya hutan tropis.
“Sinyal pada data-data ini menakutkan, ketakutannya adalah sinyal iklim akan melampaui kemampuan kita dalam meresponsnya dengan efektif,” kata Matthew Hansen, Direktur Laboratorium University of Maryland yang mengolah data laporan tersebut, Rabu (21/5/2025).
Amerika Selatan menjadi kawasan paling terdampak. Bioma Amazon mencatat kehilangan tutupan hutan primer tertinggi sejak 2016. Brasil sebagai negara dengan hutan tropis terbesar di dunia mencatat hilangnya 2,8 juta hektare tutupan hutan, tertinggi secara global.
Padahal pada 2023, Presiden Luiz Inacio Lula da Silva berjanji akan menjaga hutan Amazon. Namun kebakaran hebat yang terjadi tahun ini dianggap sebagai kemunduran dari kemajuan yang sempat dicapai.
“Ini tidak pernah terjadi sebelumnya, artinya kita harus mengadaptasikan kebijakan-kebijakan pada realita yang baru,” kata Andre Lima, Kepala Lembaga Pengawas Kebijakan Deforestasi di Kementerian Lingkungan Hidup Brasil.
Ia menegaskan, kebakaran sebagai penyebab utama hilangnya tutupan hutan kini menjadi prioritas baru pemerintah.
Di Bolivia, kehilangan tutupan hutan naik hingga 200 persen. Negara itu bahkan melampaui Republik Demokratik Kongo, meski luas hutannya tak sampai separuh dari milik Kongo. Penyebab utamanya adalah kombinasi kekeringan, kebakaran, dan perluasan lahan pertanian yang didorong insentif pemerintah.
Negara-negara Amerika Latin lain seperti Meksiko, Peru, Nikaragua, dan Guatemala juga mengalami tren serupa. Sementara konflik bersenjata di Kolombia dan Kongo memperburuk deforestasi akibat eksploitasi sumber daya oleh kelompok bersenjata.
Di kawasan boreal, kebakaran juga mencapai rekor tertinggi tahun ini. Hutan boreal yang mencakup wilayah dingin di Kanada, Rusia, Alaska, dan Skandinavia merupakan salah satu ekosistem terbesar dunia. Kanada dan Rusia masing-masing kehilangan 5,2 juta hektare tutupan hutan.
Namun, ada kabar positif dari Asia Tenggara. Negara-negara seperti Malaysia, Laos, dan Indonesia berhasil menekan angka kehilangan hutan primer berkat kombinasi kebijakan konservasi nasional, peran komunitas lokal, dan keterlibatan sektor swasta.
Langkah-langkah tersebut dinilai efektif dalam mencegah kebakaran dan perluasan lahan pertanian.
Direktur Kehutanan WRI Global, Rod Taylor, berharap Konferensi COP30 di Belem, Amazon, menjadi momentum negara-negara membuat kemajuan dalam pendanaan konservasi.
“Saat ini, lebih banyak uang yang harus dibayarkan untuk menebang hutan daripada mempertahankannya,” ujar Taylor.
sumber : Reuters