UNJ Kembangkan Pedoman Manajemen Krisis Berbasis AI

5 hours ago 4

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Universitas Negeri Jakarta (UNJ) melalui Program Studi Hubungan Masyarakat dan Komunikasi Digital, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, merilis rancangan pedoman manajemen krisis berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) sebagai respon terhadap meningkatnya kompleksitas krisis reputasi di era digital. Inovasi ini merupakan hasil riset strategis dalam skema Penelitian Produk Inovasi Nasional tahun 2025.

Ketua tim peneliti, Wina Puspita Sari menyatakan bahwa perkembangan teknologi AI seharusnya tidak hanya dilihat sebagai tren, tetapi dimanfaatkan sebagai alat sistemik untuk memperkuat ketahanan komunikasi institusi di tengah ancaman disinformasi, hoaks, hingga krisis reputasi yang bersifat real-time.

“Krisis komunikasi saat ini tidak lagi bersifat linier. Ia muncul tiba-tiba, menyebar masif, dan menuntut respons berbasis data secara instan. Pedoman ini dirancang agar institusi—baik pemerintah maupun swasta—tidak hanya bisa merespons, tapi juga memprediksi dan mencegah krisis sebelum meledak,” ujar Wina.

Riset ini melibatkan dosen lintas disiplin serta mahasiswa dan alumni UNJ, dengan pendekatan mixed-method yang mencakup survei dan wawancara mendalam terhadap praktisi humas di sektor publik dan korporasi. Temuan utama menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi AI dalam fungsi kehumasan masih sangat terbatas, akibat rendahnya literasi digital strategis di bidang komunikasi institusional.

Merespons temuan tersebut, tim peneliti mengembangkan model Public Relations Crisis Management berbasis AI menggunakan pendekatan Research and Development (R&D). Model ini mencakup sistem kerja komunikasi publik yang mengintegrasikan teknologi deteksi krisis berbasis data real-time, dashboard analisis sentimen, hingga protokol respons otomatis.

Sebagai output utama, tim menyusun modul ajar dan panduan praktis berbasis AI untuk kehumasan strategis. Modul ini dirancang tidak hanya untuk keperluan akademik, namun juga dapat langsung diadopsi oleh institusi pemerintahan, BUMN, hingga perusahaan swasta.

“Inovasi ini diharapkan menjadi playbook komunikasi krisis yang adaptif di era big data—bukan hanya teoritis, tetapi aplikatif dan scalable. Harus ada pergeseran dari komunikasi reaktif ke komunikasi prediktif berbasis algoritma,” tambah Indah Fajar Rosalina, anggota tim peneliti.

Pengembangan pedoman ini dinilai selaras dengan agenda nasional transformasi digital dan peningkatan daya tahan komunikasi publik. Dengan tata kelola komunikasi berbasis teknologi, krisis reputasi tidak lagi menjadi ancaman laten, melainkan tantangan yang dapat dikendalikan secara sistematis.

Read Entire Article
Politics | | | |