REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bayangkan ratusan pemuda dari sebuah kota kecil di Sumatera Selatan kini tengah bersiap menginjakkan kaki di tanah para nabi, membawa mimpi besar untuk menguasai ilmu agama di universitas tertua dan paling bergengsi di dunia.
Di tengah ketatnya persaingan global, sebuah pencapaian luar biasa baru saja pecah; bukan hanya soal jumlah, melainkan tentang pengakuan dunia internasional terhadap kualitas hafalan dan kecerdasan santri lokal yang mampu melampaui standar ujian yang dikenal sangat ketat.
Fenomena keberangkatan massal ini bukanlah sekadar perjalanan biasa, melainkan sebuah "ekspor" intelektual besar-besaran yang mencatatkan sejarah baru bagi dunia pesantren di Indonesia.
Bagaimana mungkin puluhan santri bisa melenggang masuk tanpa tes, sementara ratusan lainnya telah dibekali kompetensi internasional yang membuat mereka siap bertarung di kancah global? Inilah kisah di balik layar perjuangan Pondok Pesantren Al-Ittifaqiah Indralaya dalam membangun jembatan emas menuju Kairo, Mesir.
Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Ittifaqiah Indralaya kembali memperkokoh posisinya sebagai lumbung kader ulama internasional. Tahun ini, lembaga pendidikan asal Sumatera Selatan tersebut mencetak sejarah dengan memberangkatkan sebanyak 150 santri untuk melanjutkan studi Strata 1 (S1) di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir.
Pelepasan ratusan santri ini dilakukan secara bertahap oleh Pimpinan Ponpes Al-Ittifaqiah, Drs. KH. Mudrik Qori, M.A. Keberangkatan massal ini terbagi ke dalam dua jalur utama yang merupakan hasil sinergi global antara pihak pesantren dengan institusi kunci di Al-Azhar.
Jalur Prestasi Tanpa Tes
Sebanyak 39 santri yang merupakan penghafal Al-Quran (Hafiz/Hafizah) 30 juz diberangkatkan melalui jalur kurikulum internasional Ma’had Azhari. Jalur ini merupakan program khusus di mana kurikulum Al-Azhar diintegrasikan langsung di Al-Ittifaqiah dengan pengawasan dari Kairo.
Kepala Biro Kaderisasi dan Kerjasama Al-Ittifaqiah, Ustadz Eko Adhi, M.Pd.I, menjelaskan bahwa para lulusan jalur ini mendapatkan keistimewaan luar biasa. "Al-Ittifaqiah telah tersertifikasi menerapkan kurikulum internasional. Santri yang lulus jalur ini langsung kuliah tanpa tes dan tanpa perlu mengikuti kelas matrikulasi bahasa (dauroh) karena status beasiswa prestasi mereka," jelas Eko.
Jalur Pembinaan Intensif Markaz Tathwir
Sementara itu, 111 santri lainnya berangkat melalui jalur Markaz Tathwir Al-Azhar atau Pusat Pengembangan Pendidikan Bagi Calon Mahasiswa Asing. Melalui program bertajuk "Haromain al-Ittifaqiah", para santri telah menjalani pembinaan intensif selama 6 hingga 9 bulan.
Direktur program, Ust H. Iqbal Harun, Lc, menyebutkan pembinaan ini bertujuan memastikan kesiapan akademik dan bahasa santri sebelum terjun ke bangku perkuliahan di Mesir. "Ini adalah komitmen kami untuk menjaga mutu lulusan agar mampu bersaing secara global di Timur Tengah," tambahnya.
Pesan Pimpinan Pesantren
Dalam suasana haru di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, KH. Mudrik Qori memberikan pesan mendalam kepada para santri. Beliau menekankan pentingnya menjaga nama baik almamater dan bangsa di kancah internasional.
"Ini adalah amanah besar. Jadilah duta Islam yang wasathiyah (moderat) dan kembalilah ke tanah air untuk membangun umat," ujar KH. Mudrik Qori di hadapan para santri dan wali murid.
Capaian fantastis ini menjadikan Ponpes Al-Ittifaqiah sebagai salah satu pesantren paling produktif di Indonesia dalam mengirimkan delegasi pelajar ke Mesir setiap tahunnya. Prestasi ini diharapkan menjadi inspirasi bagi lembaga pendidikan Islam lainnya di Indonesia untuk terus memperluas jaringan internasional dan meningkatkan kualitas kurikulum.
sumber : Antara

3 hours ago
5













































