REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Akun YouTube resmi milik Masjid Jogokariyan, Yogyakarta, yang selama bertahun-tahun menjadi media dakwah dan penyebaran kajian-kajian Islam, diblokir YouTube sejak Rabu (19/6/2025). Pemblokiran ini memicu pertanyaan publik, terutama karena tuduhan yang disebutkan terkait dugaan afiliasi dengan kelompok ekstremis atau kriminal.
Pemblokiran kanal ini sebelumnya juga telah diumumkan secara terbuka oleh pihak masjid melalui akun Instagram resmi mereka. Dalam unggahan tersebut tertulis "Kami dianggap melanggar peraturan YouTube karena berafiliasi dengan kelompok ekstrimis atau kriminal."
Unggahan itu juga menampilkan tangkapan layar dari pihak YouTube yang menyatakan pelanggaran terhadap kebijakan organisasi ekstremis kekerasan "TIDAK MASUK AKAL!!! Tapi begitulah jalan dakwah. Tak selalu mudah, tak selalu dibiarkan. Namun juga tidak akan pernah padam," lanjut keterangan unggahan tersebut.
Menanggapi hal ini, Ketua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan, KH Muhammad Jazir membantah keras tudingan pelanggaran tersebut. Mereka menyatakan kanal yang telah mereka kelola secara konsisten sebagai sarana dakwah dan edukasi masyarakat tidak pernah terlibat dalam aktivitas radikal, ekstremis, maupun kriminal.
Ustadz Jazir menyampaikan pemblokiran itu kemungkinan besar berkaitan dengan konten terakhir yang mereka unggah di kanal tersebut. "Wawancara kita terakhir mengunggah dengan Husein Gaza. Kemungkinan itu (yang menjadi pemicu), karena itu wawancara terakhir," ungkapnya, Senin (23/6/2025).
Menurut Jazir, wawancara tersebut berlangsung secara langsung (live streaming) setelah salat subuh, dan berdurasi sekitar 15 menit. Ia memastikan tidak ada muatan ekstremis dalam video itu. Dalam wawancara tersebut, Husein Gaza mengisahkan kondisi masyarakat sipil di Gaza yang terdampak agresi militer Israel.
"Biasa aja (isi streaming-nya) tentang laporan genosida di Gaza. Kan ada Husein Gaza, bercerita kondisi di Gaza," katanya.
Pihak masjid pun merasa kebingungan dengan alasan pemblokiran kanal mereka. Jazir mengaku tidak mengetahui secara pasti apa yang dianggap sebagai bentuk afiliasi ekstremisme oleh pihak YouTube. Apalagi, secara prinsip, lanjut Jazir, Masjid Jogokariyan menolak keras segala bentuk radikalisme dan tidak pernah terlibat dengan kelompok yang masuk klasifikasi ekstremis maupun kriminal.
"Apa yang dimaksud dengan kelompok ekstrimis itu apa, kita ga tahu. Selama ini kita bicara soal Gaza itu saja," ujarnya.
"Enggak ada gerakan kita yang ekstrem, radikal. Soal Gaza, kita narasumber yang datang ke Jogja dan singgah itu aja kita undang," kata dia menambahkan.
Sebelumnya, Sekretaris Takmir Masjid Jogokariyan, Haidar Muhammad, juga membenarkan kanal YouTube mereka hingga kini masih belum bisa diakses kembali. Ia menyampaikan harapan agar kanal tersebut bisa dipulihkan, sebab banyak dokumentasi dakwah dan pengajian yang belum sempat mereka arsipkan secara lokal.
Sebagai langkah antisipasi, pihak masjid mulai berupaya membuat kanal baru sebagai sarana backup agar konten-konten yang masih bisa diselamatkan dapat tetap tersedia. "Semoga bisa dipulihkan," ungkapnya.