Amran Ungkap Alasan Serapan Beras Tembus Rekor

1 day ago 6

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan sejumlah penyebab utama di balik meningkatnya produktivitas pangan, khususnya komoditas beras, yang berimbas pada tingginya serapan dan stok di gudang Perum Bulog.

Menurut Amran, peningkatan tersebut tak lepas dari kemampuan manajerial pemerintah dalam mengelola kebijakan strategis. Salah satunya ialah arahan Presiden Prabowo Subianto melalui penerbitan empat Instruksi Presiden (Inpres) yang bertujuan memperkuat produksi dan memudahkan usaha petani. Contoh konkret dari kebijakan tersebut adalah penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah Kering Panen (GKP) sebesar Rp 6.500 per kilogram, serta penghapusan sistem rafaksi gabah.

Selain itu, Amran menekankan bahwa kebijakan penyederhanaan regulasi distribusi pupuk turut berperan besar. Salah satunya dengan memangkas jalur birokrasi distribusi pupuk subsidi. “Pupuk itu dulunya berputar dalam 145 regulasi, sekarang tinggal satu saja,” kata Amran saat berdiskusi dengan awak media di kediamannya, Kalibata, Jakarta, Jumat (30/5/2025).

Ia mengisahkan, sebelumnya distribusi pupuk subsidi memerlukan persetujuan dari belasan menteri, puluhan gubernur, dan ratusan bupati. Setelah direvisi, alurnya kini dipermudah dan berdampak langsung ke lapangan. “Bayangkan betapa dahsyatnya kebijakan. Kebijakan yang keliru lebih berbahaya daripada koruptor, penjahat, dan mafia,” tegas Amran.

Berdasarkan laporan real-time per Jumat, 30 Mei 2025 pukul 11.38 WIB, stok beras di gudang Bulog mencapai 4.001.279 ton. Rinciannya, serapan beras lokal sebanyak 2.407.257 ton, sementara sisanya sekitar 1,7 juta ton merupakan beras impor yang masuk pada akhir tahun lalu.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produksi beras nasional pada Januari–Mei 2025 diperkirakan mencapai 16,55 juta ton-naik 11,95 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Kinerja serapan Bulog juga mencetak rekor tertinggi dalam 57 tahun terakhir.

Amran turut menyoroti strategi jemput bola yang dilakukan Bulog dalam menyerap gabah petani secara langsung. Menurutnya, langkah ini tidak hanya memperkuat cadangan beras pemerintah, tetapi juga memberikan kepastian harga dan pasar bagi petani.

Tingginya volume serapan membuat Bulog harus berimprovisasi dalam hal penyimpanan. Direktur Utama Perum Bulog, Novi Helmy, mengatakan pihaknya kini menyewa gudang tambahan yang menampung hingga 1,4 juta ton beras.

Pemerintah optimistis bahwa ketahanan pangan akan tercapai. Setelah sukses dengan komoditas beras dan jagung, Kementerian Pertanian kini menyasar peningkatan produksi dalam negeri untuk komoditas lain, seperti kedelai dan gandum.

Read Entire Article
Politics | | | |