AS Blokir Kabel Bawah Laut Buatan Tiongkok, Berikut Dampaknya ke Industri Pelayaran

Industri pelayaran AS tidak mau terganggu oleh barang buatan Tiongkok (Ilustrasi) Sumber:Freepik

ShippingCargo.co.id, Jakarta — Komisi Komunikasi Federal Amerika Serikat (FCC) mengumumkan rencana pelarangan pemasangan kabel komunikasi bawah laut yang menggunakan teknologi atau peralatan dari perusahaan Tiongkok. Langkah ini bertujuan melindungi infrastruktur digital AS dari ancaman siber, spionase, dan gangguan fisik yang potensial mengganggu lalu lintas data global.

Implikasi bagi Shipping dan Logistik Maritim

Bagi sektor maritim dan logistik global, keputusan FCC ini memiliki dampak strategis:

• Konektivitas Pelabuhan dan Sistem Logistik: Mayoritas pelabuhan internasional kini mengandalkan jaringan digital berbasis laut untuk sistem pelacakan kapal, pengelolaan kontainer, hingga dokumen kepabeanan. Gangguan atau pembatasan terhadap kabel bawah laut bisa menimbulkan keterlambatan sistem dan operasional logistik internasional.
• Rute Baru dan Redundansi Digital: Operator pelabuhan dan logistik laut mungkin perlu menyesuaikan infrastruktur IT mereka, mengalihkan koneksi ke kabel alternatif atau membangun redundansi jaringan untuk mencegah ketergantungan pada kabel yang rentan diblokir.
• Keamanan Laut dan Sabotase: Dengan meningkatnya ancaman sabotase kabel bawah laut seperti yang terjadi di Laut Baltik dan Laut Merah, pelaku logistik laut harus mengantisipasi kemungkinan gangguan komunikasi laut lepas, terutama di rute strategis seperti Indo-Pasifik dan Mediterania.

Langkah Strategis

• FCC mempertimbangkan larangan penggunaan peralatan dari perusahaan seperti Huawei, ZTE, dan China Mobile, sekaligus mendorong masukan terkait perlindungan lebih lanjut atas kabel bawah laut.
• Untuk shipping, ini menegaskan pentingnya cyber-resilience dalam sistem pelabuhan dan kapal, serta perlunya koordinasi dengan penyedia layanan komunikasi internasional guna menjamin konektivitas yang aman dan stabil.

Ke depan, keamanan kabel bawah laut akan menjadi bagian tak terpisahkan dari manajemen risiko dalam rantai pasok maritim global.