Bank BUMN Topang Pertumbuhan Kredit Perbankan

1 day ago 9

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan bahwa kinerja intermediasi perbankan relatif stabil dengan angka pertumbuhan kredit 9,16 persen menjadi Rp 7.908 triliun per Maret 2025. Bank badan usaha milik negara (BUMN) disebut menjadi penopang utama terhadap pertumbuhan kredit tersebut.

Angka pertumbuhan kredit pada Maret 2025 tercatat lebih rendah dibandingkan Februari 2025 yang mengalami pertumbuhan 10,30 persen atau periode yang sama di tahun lalu sebesar 10,46 persen.

Berdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi tercatat tumbuh tertinggi yakni sebesar 13,36 persen, disusul kredit konsumsi sebesar 9,32 persen dan kredit modal kerja sebesar 6,51 persen secara year on year (yoy).

“Ditinjau dari kepemilikan, bank BUMN menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit yakni sebesar 9,54 persen,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner (RDK) April 2025, Jumat (9/5/2025).

Ia melanjutkan, berdasarkan kategori debitur, kredit korporasi tercatat tumbuh 13,52 persen. Sementara kredit UMKM tumbuh 1,91 persen, dengan kredit usaha kecil tumbuh tertinggi sebesar 8,65 persen.

“(Kredit UMKM tetap tumbuh) di tengah upaya perbankan yang fokus pada pemulihan kualitas kredit UMKM,” ujarnya.

Di samping itu, Dian mengatakan, kantor perwakilan bank luar negeri sebagai bank yang berbasis di luar negeri juga turut berkontribusi dalam pertumbuhan kredit atau offshore loan yakni 44,55 persen menjadi Rp 327,67 triliun.

“Kontribusi sektor perbankan terhadap perekonomian nasional juga tidak hanya tercermin dari penyaluran kredit kepada masyarakat dan pelaku usaha, tetapi juga melalui kepemilikan pada instrumen keuangan yang mendukung penguatan kebijakan fiskal dan moneter,” lanjutnya.

Pada Maret 2025, perbankan mencatat kepemilikan hingga 18 persen pada surat berharga negara (SBN) sebesar Rp 1.121,88 triliun serta 59,05 persen pada sekuritas rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp 526,17 triliun. Hal ini, kata Dian, mencerminkan peran aktif perbankan dalam mendukung stabilitas perekonomian dan memperkuat fondasi pembiayaan negara.

“Di tengah perkembangan dinamika perekonomian global yang sangat cepat, pertumbuhan kredit masih dalam rentan target yang ditetapkan yaitu pada kisaran 9—11 persen,” terangnya.

Dian melanjutkan, di sisi dana pihak ketiga (DPK), tercatat terjadi pertumbuhan 4,75 persen (yoy), dibandingkan Februari 2025 sebesar 5,75 persen menjadi Rp 9.010 triliun.

Adapun, likuiditas industri perbankan pada Maret 2025 disebut tetap memadai, dengan rasio alat likuid/non-core deposit (AL/NCD) dan alat likuid dana pihak ketiga (AL/DPK) masing-masing sebesar 116,05 persen (Februari: 116,76 persen) dan 26,22 persen (Februari: 26,35 persen). Capaian tersebut masih di atas threshold masing-masing 50 persen dan 10 persen. Sedangkan angka liquidity coverage ratio (LCR) berada di level 204,77 persen.

“Sementara itu kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL gross 2,17 persen. Di Februari 2025 sebesar 2,2 persen. Dan angka NPL net sebesar 0,80 persen, di Februari sebesar 0,81 persen. Loan at Risk (LaR) relatif stabil di 9,86 persen, pada Februari 9,77 persen,” lanjutnya.

Ketahanan perbankan juga dinilai tetap kuat, tercermin dari permodalan atau capital adequacy ratio (CAR) yang berada di level tinggi yaitu sebesar 25,43 persen, yang mana sebelumnya berada di 26,95 persen. “Itu menjadi bantalan mitigasi risiko yang kuat di tengah kondisi ketidakpastian global dewasa ini,” kata Dian.

Read Entire Article
Politics | | | |