BI Optimistis Pertumbuhan Kredit Capai 8 Persen pada Akhir 2025

2 hours ago 4

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) optimistis pertumbuhan kredit pada akhir 2025 tetap mampu mencapai level 8 persen, sesuai target bank sentral di kisaran 8–11 persen, meski berada di tengah tren perlambatan sepanjang tahun ini.

“Mudah-mudahan, insya Allah pada Desember, akhir tahun, pertumbuhan kredit bisa mencapai di atas 8 persen, sesuai target BI,” kata Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Solikin M. Juhro dalam taklimat media di Jakarta, Senin (22/12/2025).

Solikin mengatakan, kinerja pertumbuhan kredit pada 2025 tidak sekuat tahun sebelumnya.

Pertumbuhan kredit perbankan pada November 2025 tercatat sebesar 7,74 persen secara tahunan (year on year/yoy), lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 10,79 persen (yoy).

Menurut Solikin, perlambatan tersebut dipicu oleh tantangan dari sisi permintaan (demand side) maupun penawaran (supply side), yang keduanya masih membutuhkan dorongan.

Jika dirinci, kredit perbankan pada November 2025 ditopang oleh kredit investasi yang tumbuh sebesar 17,98 persen. Sementara itu, kredit modal kerja (KMK) hanya mencatatkan pertumbuhan 2,39 persen.

Solikin menjelaskan, pertumbuhan KMK yang relatif rendah dipengaruhi oleh segmentasi kegiatan ekonomi pada jenis kredit tersebut.

“Kalau ekonominya memang belum kuat, kebutuhan modal kerja juga tidak terlalu kuat, terutama pada sektor-sektor yang sangat bergantung pada KMK,” ujarnya.

Namun demikian, lanjut dia, kredit investasi tetap tumbuh tinggi karena adanya persepsi positif bahwa perekonomian nasional akan terus membaik ke depan, sejalan dengan dampak program strategis pemerintah yang mulai terlihat.

“Kalau tahun lalu realisasi pertumbuhan kredit sekitar 10 persen, kami memprediksi sekitar 9 persen pada tahun ini, dengan kondisi ekonomi global yang agak melemah,” tutur Solikin.

Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan permintaan kredit yang masih tertahan dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni sikap wait and see pelaku usaha, optimalisasi pembiayaan internal oleh korporasi, serta penurunan suku bunga kredit yang masih berlangsung secara bertahap.

Meski demikian, Perry menegaskan minat penyaluran kredit perbankan secara umum masih cukup baik. Hal itu tercermin dari persyaratan pemberian kredit (lending requirement) yang semakin longgar, kecuali pada segmen kredit konsumsi dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Walaupun kinerja intermediasi perbankan menghadapi berbagai tantangan, BI memastikan ketahanan industri perbankan nasional tetap terjaga dan berada dalam kondisi kuat.

sumber : ANTARA

Read Entire Article
Politics | | | |