REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi produksi beras nasional tahun ini akan lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Hal tersebut disampaikan Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, berdasarkan hasil Kerangka Sampel Area (KSA) padi amatan September 2025.
“Jadi produksi beras 2025 diperkirakan meningkat 4,15 juta ton dibandingkan 2024,” ujar Pudji dalam Rilis Berita Resmi Statistik di Kantor BPS, Jakarta, Senin (3/11/2025).
Tidak ada kode iklan yang tersedia.Pudji menyebut, peningkatan produksi tahun ini didorong oleh bertambahnya luas panen di sebagian besar wilayah sentra produksi, terutama pada subround I atau periode Januari hingga April 2025. Namun demikian, ia mengingatkan bahwa potensi tersebut bisa tidak tercapai apabila terdampak kondisi cuaca pada akhir tahun.
“Perlu diwaspadai potensi dampak cuaca akibat fenomena La Nina pada subround III, yaitu September hingga Desember 2025. Ini dapat menyebabkan banjir yang berisiko mengganggu produksi pertanian di akhir tahun,” sambung Pudji.
Dalam pengamatan BPS, lanjut Pudji, realisasi luas panen padi pada September 2025 mencapai 1,13 juta hektare, naik 10,14 persen dibandingkan September 2024 yang sebesar 1,03 juta hektare.
“Kenaikan luas panen ini diikuti oleh peningkatan produksi padi. Diperkirakan produksi padi pada September 2025 mencapai 5,95 juta ton gabah kering giling (GKG), atau naik 8,39 persen dibandingkan September tahun lalu,” ucapnya.
Pudji memperkirakan potensi luas panen padi subround III (September–Desember 2025) mencapai 3,04 juta hektare, atau naik 0,27 juta hektare (sekitar 9,77 persen) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Potensi produksi padi subround III 2025 diperkirakan mencapai 16,48 juta ton GKG, naik 8,70 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
“Untuk produksi beras subround III 2025 diperkirakan sebesar 9,50 juta ton beras, atau naik sebesar 8,73 persen,” lanjut Pudji.
Pudji menambahkan, Nilai Tukar Petani (NTP) nasional pada Oktober 2025 mencapai 124,33 atau turun 0,02 persen dibandingkan September 2025. Penurunan tersebut terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) naik 0,06 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik 0,08 persen.
“Selain itu, BPS juga mencatat terjadinya penurunan rata-rata harga beras (deflasi) baik di tingkat penggilingan, grosir, maupun eceran, masing-masing 0,54 persen, 0,18 persen, dan 0,27 persen month-to-month (m-to-m). Kondisi ini sama seperti bulan sebelumnya, yakni terjadi deflasi di setiap rantai pasok,” kata Pudji.

7 hours ago
4












































