REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani dalam kitab Nashaihul Ibad mengutip pernyataan Yahya bin Mu’adz ar-Razi. Alim itu menjabarkan perihal dahsyatnya tipu daya setan.
Dalam Alquran, Allah SWT menegaskan bahwa setan adalah musuh yang nyata bagi manusia. Makhluk yang peroleh laknat Allah itu tak henti-hentinya menjerumuskan anak cucu Adam AS pada kesesatan.
Di bawah ini adalah jenis-jenis tipu daya setan yang begitu halus dan lihai sehingga tak sedikit orang Islam yang teperdaya. Yahya bin Mu'adz ar-Razi menjelaskannya sebagai berikut.
Pertama, selalu melakukan perbuatan dosa dengan harapan mendapat ampunan dari Allah, tanpa disertai rasa penyesalan. Tentu saja, tiap Muslim semestinya bertobat kepada Allah begitu menyadari dosa dan kesalahannya. Namun, sengaja berbuat maksiat hanya karena merasa Allah akan mengampuninya adalah hasil tipu daya setan. Lebih-lebih bila seseorang tidak menyesali perbuatannya itu sama sekali.
Kedua, merasa diri dekat dengan Allah tanpa melakukan ketakwaan, yakni menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Perasaan demikian pun hanya menimbulkan angan-angan kosong. Sebab, seorang yang sungguh-sungguh menyadari adanya Allah SWT, mestinya ia semakin takut pada-Nya, sehingga bersegera menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Ketiga, mengharapkan kesenangan surga dengan menyebarkan benih neraka. Maknanya, seseorang mengaku ingin masuk surga, tetapi lebih suka berbuat maksiat. Dosa-dosa yang ditimbulkannya justru dapat menjerumuskan orang itu kelak ke dalam neraka.
Keempat, mencari tempat orang yang taat dengan melakukan berbagai kemaksiatan. Dengan perkataan lain: ingin masuk surga tanpa berbuat amalan yang dapat membawanya ke surga.
Sebaliknya, ia justru melakukan perbuatan yang bertentangan dengan perintah Allah SWT. Padahal, imbalan yang diperoleh seseorang juga melihat pada niat dan amal perbuatannya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
اِصۡلَوۡهَا فَاصۡبِرُوۡۤا اَوۡ لَا تَصۡبِرُوۡاۚ سَوَآءٌ عَلَيۡكُمۡؕ اِنَّمَا تُجۡزَوۡنَ مَا كُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ
"Masuklah ke dalamnya (rasakanlah panas apinya); baik kamu bersabar atau tidak, sama saja bagimu; sesungguhnya kamu hanya diberi balasan atas apa yang telah kamu kerjakan" (QS At-Tur Ayat 16).
Kelima, mengharapkan ganjaran yakni sesuatu yang dapat mendatangkan kesenangan, tanpa ia melakukan amal saleh.
Terakhir, mengharapkan rahmat Allah, tetapi perbuatannya melampaui batas. Yahya mengutip syair penyair: "Adalah dia mengharapkan keselamatan, tapi ia tidak menempuh jalan keselamatan. Sungguh, perahu pun tidak mungkin dapat berlayar di atas daratan."