REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan mengurangi produksi batu bara pada 2026 sebagai upaya menaikkan harga batu bara di pasar internasional.
“Nanti itu yang ditahan produksinya. Jadi penurunan produksi, karena harga (batu bara) kan jebol,” kata Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM, Tri Winarno, usai rapat dengar pendapat bersama Komisi VII DPR RI di Jakarta, Kamis (13/11/2025).
Tri membuka kemungkinan produksi batu bara pada 2026 berada di bawah 700 juta ton. Namun, ia belum menentukan angka pasti seberapa besar pengurangan yang akan dilakukan Kementerian ESDM.
Pada 2024, total produksi batu bara mencapai 836 juta ton, atau sekitar 117 persen dari target 710 juta ton. Dari jumlah itu, sebanyak 233 juta ton disalurkan ke pangsa industri domestik (domestic market obligation / DMO) dan 48 juta ton untuk stok dalam negeri, sebagaimana tercantum di laman resmi Kementerian ESDM.
Pada tahun yang sama, Indonesia mengekspor 555 juta ton batu bara atau setara 33–35 persen dari total konsumsi dunia.
“Realisasi untuk tahun ini, sampai akhir tahun (2025), diperkirakan sekitar 750-an juta ton,” ujar Tri.
Dengan demikian, realisasi produksi batu bara 2025 lebih rendah hampir 100 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya.
Tri menegaskan, rencana pengurangan produksi pada 2026 bertujuan mengendalikan harga batu bara di pasar internasional.
“Supaya harganya terangkat lagi. Yang ideal itu produksi besar, harganya bagus. Ideal,” ujarnya.
Harga Batu Bara Acuan (HBA) periode pertama November 2025 turun menjadi 103,75 dolar AS per ton dari 109,74 dolar AS per ton pada periode kedua Oktober 2025.
Sementara itu, ekspor komoditas batu bara sejak Januari hingga Juli 2025 menurun 21,74 persen menjadi 13,82 miliar dolar AS, sebagaimana laporan Badan Pusat Statistik (BPS).
Padahal, pada periode yang sama tahun 2024, nilai ekspor batu bara tercatat sebesar 17,66 miliar dolar AS.
Antara
sumber : Antara

2 hours ago
2














































