Gamagora 7 Jadi Bukti Hilirisasi Riset UGM untuk Wujudkan Ketahanan Pangan Nasional

3 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, KLATEN -- Universitas Gadjah Mada (UGM) terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung ketahanan pangan nasional melalui inovasi di bidang pertanian. Salah satu hasil riset unggulan yang kini tengah dikembangkan adalah varietas padi Gadjah Mada Gogo Rancah 7 atau Gamagora 7. 

Dosen Fakultas Pertanian sekaligus peneliti varietas padi Gamagora, Prof Taryono mengatakan inovasi ini dinilai mampu menjadi solusi strategis dalam menghadapi tantangan perubahan iklim sekaligus mengatasi masalah stunting di Indonesia. Ia menjelaskan bahwa varietas ini memiliki banyak keunggulan.

"Gamagora 7 adalah hasil rakitan dari UGM sendiri. Jadi seperti tadi, saya ceritakan bahwa kelebihan Gamagora 7 yang pertama umurnya pendek. Jadi umurnya kalau musim hujan dari pindah tanam itu panen 95 hari. Sedangkan kalau musim kemarau itu dapat dipanen 85 hari dari pindah tanam. Yang kedua produktivitasnya untuk di lahan-lahan yang cocok itu dapat mencapai 9,7 ton," ujarnya dalam acara 'Rembug Sesarengan UGM dengan Tema Ngolah Ilmu, Nandur Harapan: Inovasi UGM untuk Ketahanan Pangan Indonesia', yang di Desa Sekaran, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten, Rabu (29/10/2025).

Prof Taryono menceritakan varietas padi Gamagora 7 dikembangkan awalnya untuk menghadapi dampak perubahan iklim terhadap hasil panen petani. Namun seiring waktu, inovasi ini menjadi salah satu inovasi unggulan UGM dalam mendukung ketahanan pangan nasional.  Sejumlah upaya dilakukan untuk berkontribusi dalam langkah awal mencapai ketahanan pangan tersebut termasuk melakukan hilirisasi inovasi varietas padi Gamagora 7, dan mengemasnya menjadi produk Beras Premium Presokazi. 

Berbeda dari beras pada umumnya di pasaran, Guru Besar bidang Ilmu Pemuliaan Tanaman Pangan ini mengatakan Beras Premium Presokazi ini secara khusus ditujukan untuk mengatasi permasalahan kekurangan gizi, khususnya zat besi (Fe) dan seng (Zn) pada anak dan ibu hamil yang menyebabkan tumbuh kembang anak terhambat dan mengakibatkan gejala kekerdilan (stunting).

"Yang tentu saja sangat menarik adalah rasa nasinya itu pulen. Nah untuk yang berikutnya juga di beberapa daerah kandungan gizinya cukup baik itu protein, zat besi maupun zinc. Yang ini sebenarnya diharapkan juga dapat membantu menangani permasalahan stunting yang ada di Indonesia," ungkapnya.

Selain itu, Taryono mengungkap padi Gamagora 7 juga tahan terhadap kondisi kering dan perubahan cuaca ekstrem. "Kelebihan Gamagora 7 juga termasuk kemampuan recovery-nya dimana kemampuan untuk hidup kembali itu cukup baik. Sehingga kemungkinan kegagalan panen karena kekurangan air itu relatif sangat rendah," kata dia.

Ditanam di Berbagai Daerah, Dukung Produksi Nasional

Gamagora 7 kini telah dibudidayakan di berbagai wilayah di Indonesia, mulai dari Klaten dan Purworejo (Jawa Tengah), Ngawi, Nganjuk, dan Blitar (Jawa Timur), hingga NTB, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan. Di beberapa daerah, produktivitasnya mencapai 9–10 ton per hektar.

UGM melalui tim Departemen Budidaya Pertanian juga bekerja sama dengan pihak swasta mengembangkan produk turunan dari Gamagora 7, yaitu Beras Premium Presokazi. Beras ini difokuskan untuk mengatasi kekurangan zat gizi, terutama zat besi (Fe) dan seng (Zn) pada anak dan ibu hamil, yang menjadi penyebab utama stunting.

Meski begitu, Prof Taryono mengungkapkan proses hilirisasi riset hingga menjadi produk komersial bukan hal mudah. Dibutuhkan biaya tambahan dalam pengolahan lahan, penanaman, hingga panen. Namun hasilnya sepadan, karena beras Gamagora 7 terbukti memiliki kualitas tinggi, rasa enak, dan kandungan gizi melimpah.

"Itu yang saya ceritakan tadi kelebihan dari beras yang dihasilkan dari Gamagora 7 adalah kaya protein, kaya vitamin, kemudian kaya gizi," kata Prof. Taryono.

"Produksinya, kalau di Klaten, ini 6 sampai 7 ton biasanya. Kalau tidak ada tikus, ya. Karena kalau ada serangan tikus, itu dapat turun kira-kira 20 persen biasanya," ucapnya menambahkan.

UGM Ingin Riset Berdampak Nyata

Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Universitas Gadjah Mada, Dr Andi Sandi Antonius Tabusassa Tonralipu menegaskan bahwa riset Gamagora 7 adalah contoh nyata hilirisasi hasil penelitian yang membawa manfaat langsung bagi masyarakat.

"Kami membawa dua penemu Gamagora ini. Bukan hanya berhenti di Klaten saja sekarang sudah ada dimana-mana. Produksinya memang lumayan dan saya mengkritik karena Gamagora ini mengandung zat yang bisa mengurangi stunting. Saya kritiknya cuman satu, kenapa ditemukannya sekarang harusnya jauh-jauh hari," ujarnya.

Kegiatan ini menjadi bagian dari kampanye sains dan teknologi: 'Riset Kuat, Pangan Hebat’, yang didukung oleh Direktorat Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi, Kemdiktisaintek, melalui Program Kampanye Tematik Sains dan Teknologi (Resona Saintek).

Ia ingin, temuan-temuan riset dari para peneliti ini tidak berhenti di laboratorium saja, tetapi membawa dampak nyata bagi masyarakat.  UGM, lanjutnya, akan terus mendorong kolaborasi dengan masyarakat dan pemerintah daerah dalam memperkuat inovasi pangan yang berkelanjutan.

"Temuan-temuan yang kami lakukan di UGM, kami inginnya tidak hanya berhenti di laboratorium saja atau di lapangan percobaan saja tetapi kami ingin itu juga membawa dampak khususnya dampak positif kepada masyarakat," ucap Andi.

Apresiasi Pemerintah dan Harapan untuk Ketahanan Pangan

Staf Ahli Bupati Klaten, Joko Istanto, menyampaikan apresiasinya terhadap kontribusi UGM. Ia juga menekankan pentingnya penerapan hasil riset di sektor pertanian. 

"Saya menyambut baik dan mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Universitas Gadjah Mada (UGM) yang menyelenggarakan acara Rembug Sesarengan sebagai komitmen UGM untuk menghadirkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat,” ujarnya.

"Maka penerapan hasil riset sangat penting dalam sektor pertanian karena mendorong inovasi, meningkatkan produktivitas, dan memastikan ketahanan pangan yang berkelanjutan," kata dia.

Senada, Kepala Desa Sekaran, Hery Tri Marjono, juga menyampaikan harapan agar pengetahuan yang diperoleh oleh para petani dari kegiatan ini bisa diterapkan secara berkelanjutan.

"Mudah-mudahan ilmu yang kita dapat dari sini bisa kita praktikkan di lapangan dan bisa terus berlanjut," ujarnya.

Read Entire Article
Politics | | | |