Industri Halal Lemah di Hulu, Irfan Beik Dorong Pemerintah Perkuat Suplai

5 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University, Irfan Syauqi Beik, menilai kelemahan utama industri halal Indonesia masih terletak pada sisi suplai (supply side). Ia menegaskan pengembangan industri halal tidak bisa hanya mengandalkan peringkat seperti Global Islamic Economy Index (GIEI) atau pertumbuhan ekspor, tetapi harus dibangun secara serius dan terintegrasi dari hulu hingga hilir.

“GIEI ini menghitung beberapa variabel, jadi tidak hanya bicara volume industri halal. Jadi wajar kalau peringkatnya tinggi, tapi penetrasi industri halal pada sisi supply masih rendah. Artinya, kemampuan kita sebagai produsen halal harus ditingkatkan. Industri halal harus digarap secara serius dan komprehensif, mulai dari hulunya sampai ke hilir, termasuk penyiapan sumber pembiayaan seperti peningkatan porsi KUR syariah,” kata Irfan kepada Republika, Selasa (10/6/2025).

Ia menyoroti rendahnya kesadaran pelaku usaha terhadap sertifikasi halal serta belum optimalnya dukungan regulasi. “Kita kurang fokus memperkuat sisi supply. Contohnya, isu sertifikasi halal masih dianggap sebagai beban, padahal seharusnya jadi peluang untuk memperkuat industri halal. Kesadaran pelaku usaha terhadap industri halal juga masih perlu ditingkatkan,” ujarnya.

Menurut Irfan, penguatan regulasi dan konsolidasi ekspor halal juga menjadi agenda penting yang belum dijalankan secara optimal. Terutama dari sisi regulasi, dibutuhkan kebijakan yang berorientasi pada pembangunan ekosistem halal secara menyeluruh, dengan sertifikasi halal sebagai salah satu komponennya.

“Lalu berikutnya adalah konsolidasi bisnis untuk ekspor. Mungkin kalau berdiri sendiri-sendiri, nilai ekspornya kecil. Tapi jika semua dikonsolidasikan dalam satu barisan eksportir, peluang penetrasi ke pasar ekspor menjadi lebih baik. Selain itu, diplomasi perdagangan halal kita juga harus ditingkatkan,” ujar Irfan.

Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, turut mengakui bahwa Indonesia belum menjadi pemain utama dalam rantai pasok halal dunia. Meski masuk tiga besar GIEI dan mencatatkan pertumbuhan ekspor halal sebesar 7 persen dalam enam tahun terakhir, posisi Indonesia masih di peringkat delapan dunia sebagai eksportir produk halal.

“Tapi memang harus diakui, saat ini Indonesia belum menjadi pemain utama dalam rantai pasok halal dunia. Kita masih menempati peringkat delapan eksportir produk halal dunia. Bahkan, negara lain dengan jumlah penduduk Muslim yang jauh lebih sedikit dari kita mampu memimpin di peringkat pertama,” ujar Gibran.

Ia menegaskan bahwa industri halal kini telah menjadi tren global, dan Indonesia harus bergerak cepat untuk memaksimalkan potensi lokal.

“Artinya, sektor ini bukan hanya dilirik oleh negara-negara Muslim saja, tetapi juga oleh negara lain di dunia. Halal lifestyle dan halal branding kini telah menjadi tren gaya hidup global yang memiliki daya tarik tinggi,” katanya.

Read Entire Article
Politics | | | |