Israel Bunuh Seniman Wanita dari Gaza Berusia 22 Tahun

22 hours ago 5

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kuas salah satu seniman muda paling cemerlang di Gaza dibungkam selamanya dalam satu momen dahsyat akibat serangan udara Israel di Gaza, Palestina.

Dina Khaled Zaurub (22 tahun) wafat dalam serangan udara Israel di sebelah barat Khan Younis, tempat Dina berlindung bersama keluarganya di dekat resor Sand Beach.

Dikenal dengan potret-potretnya yang sangat indah tentang orang-orang Palestina yang dibunuh dalam perang Israel, Dina diam-diam telah menjadi suara bagi mereka yang terbungkam, menerjemahkan kesedihan, kenangan, dan perlawanan ke atas kanvas.

Dikutip dari laman Days of Palestine, Senin (14/4/2025), karyanya menangkap sisi kemanusiaan di balik berita utama, kisah-kisah yang coba dihapus oleh bom. Lukisan terakhirnya yang belum selesai adalah dirinya sendiri.

Kementerian Kebudayaan Palestina mengeluarkan pernyataan muram yang menyatakan bahwa mereka berduka atas kehilangan seorang wanita muda berbakat yang seninya menjaga ingatan tetap hidup di masa penghapusan (genosida) tanpa henti.

Mereka menyebut pembunuhannya sebagai satu lagi babak dalam genosida yang terjadi di Gaza.

Lahir dan dibesarkan di sebuah negeri yang mengenal banyak kehilangan, Dina menunjukkan tanda-tanda bakat yang luar biasa sejak usia dini. Pada tahun 2015, di usia 13 tahun, ia memenangkan Penghargaan Al Mezan Center untuk Hak Asasi Manusia (HAM) untuk gambar terbaik tentang hak-hak anak selama konflik bersenjata.

Bakatnya kemudian diakui oleh Kementerian Pendidikan dan UNRWA. Namun, potret-potretnya tentang para martir, teman, orang asing, dan anak-anaklah yang membuatnya mendapat tempat dalam jiwa budaya Gaza.

“Dia melukis wajah orang-orang yang telah meninggal untuk memastikan bahwa kita tidak akan pernah melupakan mereka,” kata seorang rekan seniman dan teman.

“Sekarang kita tidak boleh melupakannya,” ujarnya.

Pada awal 2025, kampanye militer Israel yang sedang berlangsung telah membuat Gaza hancur berantakan. Sistem layanan kesehatan hancur. Landmark budaya, sekolah, lahan pertanian, dan pemakaman telah menjadi puing-puing.

Hampir seluruh penduduk, lebih dari 2,3 juta orang, telah mengungsi, banyak dari mereka yang kini berlindung di tenda-tenda darurat seperti tempat Dina dan keluarganya mengungsi.

Kematiannya lebih dari sekadar tragedi pribadi, ini adalah simbol dari apa yang dihapuskan oleh perang ini, bukan hanya nyawa, tetapi juga cerita, mimpi, dan harapan rapuh yang dibawa dalam sapuan kuas dan syair.

Read Entire Article
Politics | | | |