Jean Todt, Otak di Balik Kejayaan Ferrari dan Duta Besar Keselamatan Global

8 hours ago 4
Dok. Motorsport.comDok. Motorsport.com

MOTORESTO.ID PRANCIS - Jean Todt adalah nama yang kerap kali tidak tampil di garis depan sorotan kamera, namun pengaruhnya di dunia balap mobil terutama Formula 1 begitu besar dan mendalam. Lahir pada 25 Februari 1946 di Pierrefort, sebuah kota kecil di wilayah Auvergne, Prancis, Todt tumbuh dengan ketertarikan besar pada mekanik dan olahraga. Namun tak seperti banyak tokoh besar di dunia motorsport, ia tidak memulai dari kursi kemudi. Ia justru duduk di sebelahnya sebagai seorang navigator atau co-driver di dunia reli.

Membangun Reputasi di Dunia Reli

Karier Jean Todt di dunia balap dimulai pada akhir 1960-an sebagai co-driver reli profesional. Di masa ini, ia menunjukkan bakat strategis dan kemampuan membaca peta serta medan yang luar biasa. Ia berpartner dengan berbagai pembalap top dan berpartisipasi dalam lebih dari 50 kompetisi World Rally Championship (WRC), termasuk ajang-ajang ikonik seperti Monte Carlo Rally dan Rallye Sanremo. Meskipun tidak mengemudi langsung, peran Todt sebagai navigator sangat menentukan arah dan strategi balapan.

Kariernya berkembang pesat ketika ia bergabung dengan Peugeot Talbot Sport pada awal 1980-an sebagai direktur tim. Di bawah kepemimpinannya, Peugeot meraih kemenangan besar dalam ajang WRC dengan mobil legendaris Peugeot 205 T16, termasuk gelar juara dunia tahun 1985 dan 1986. Tidak berhenti di situ, ia juga membawa Peugeot berjaya di Rally Paris-Dakar, memenangkan ajang ekstrem itu pada tahun 1987 hingga 1990. Ini menjadi sinyal kuat bahwa Todt bukan sekadar manajer tim biasa, tapi seorang pemimpin visioner dengan naluri kompetitif tajam.

Ferrari dan Revolusi di Formula 1

Tahun 1993 menjadi titik balik besar dalam karier Jean Todt. Ia ditunjuk sebagai General Manager dari Scuderia Ferrari, tim legendaris Formula 1 yang saat itu sedang terpuruk dan tidak meraih gelar juara sejak tahun 1979. Tantangan berat menantinya di Maranello, markas Ferrari, yang saat itu sedang dihantui tekanan dari manajemen dan publik Italia.

Todt memulai langkah-langkah radikal. Ia merekrut pembalap muda berbakat asal Jerman, Michael Schumacher, yang saat itu telah menjadi juara dunia dua kali bersama Benetton. Bersama Schumacher, Todt juga membawa dua tokoh teknis kunci: Ross Brawn (strategi) dan Rory Byrne (desain mobil). Trio ini kemudian dikenal sebagai fondasi dari era keemasan Ferrari.

Hasilnya sangat mencengangkan. Setelah beberapa tahun pembangunan, Ferrari mendominasi Formula 1 secara absolut dari tahun 2000 hingga 2004, dengan 5 gelar juara dunia pembalap dan 6 gelar konstruktor secara beruntun. Kombinasi Schumacher–Todt menjadi simbol dominasi yang sangat sulit ditandingi dalam sejarah F1 modern. Keberhasilan ini tidak hanya soal kecepatan, tapi juga soal strategi, konsistensi, dan kepemimpinan manajerial yang nyaris tanpa cela.

Dari Sirkuit ke Kursi Kepresidenan FIA

Setelah menutup babak gemilang bersama Ferrari pada tahun 2007, Jean Todt tidak lantas pensiun. Pada tahun 2009, ia terpilih sebagai Presiden FIA (Fédération Internationale de l’Automobile), menggantikan Max Mosley. Dalam peran barunya ini, Todt mengalihkan fokus dari performa balap ke keselamatan, sustainability, dan aksesibilitas olahraga otomotif di seluruh dunia.

Selama dua periode kepemimpinannya di FIA (2009–2021), Todt memelopori berbagai reformasi penting. Salah satu pencapaiannya yang paling berpengaruh adalah penerapan sistem Halo alat pelindung kepala pembalap yang kini menjadi standar keselamatan wajib di semua ajang balap FIA. Meskipun sempat menuai kontroversi saat diperkenalkan, sistem ini terbukti menyelamatkan nyawa dan kini diterima luas sebagai inovasi vital.

Selain itu, Todt mendorong pengembangan teknologi ramah lingkungan, seperti Formula E, serta program-program kampanye keselamatan lalu lintas global. Ia menjalin kerja sama erat dengan PBB, WHO, dan organisasi-organisasi dunia lainnya untuk menurunkan angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas, terutama di negara-negara berkembang.

Aktivitas Global dan Kehidupan Pribadi

Di luar dunia otomotif, Jean Todt juga dikenal sebagai aktivis kemanusiaan dan diplomat internasional. Pada tahun 2015, ia diangkat sebagai Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Keselamatan Jalan Raya, memperkuat perannya dalam memperjuangkan infrastruktur jalan yang lebih aman secara global.

Dalam kehidupan pribadinya, Todt menjalin hubungan dengan aktris pemenang Oscar, Michelle Yeoh, sejak awal 2000-an. Pasangan ini dikenal sangat aktif dalam kegiatan sosial dan kampanye lingkungan, serta menjadi wajah dari sejumlah program global yang menggabungkan olahraga, budaya, dan kemanusiaan.

Hingga hari ini, nama Jean Todt tetap dihormati tidak hanya di paddock F1, tetapi juga di kalangan pembuat kebijakan global. Ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang cermat, pekerja keras, dan berani mengambil keputusan besar. Keberhasilannya membangun kejayaan Ferrari dan reformasi FIA menunjukkan kemampuannya menyeimbangkan antara ambisi olahraga dan tanggung jawab sosial.

Jean Todt adalah contoh nyata bahwa seorang pemimpin sejati tidak harus berada di depan kamera tetapi di belakang layar, menyusun strategi, membangun tim, dan menciptakan warisan yang berdampak luas dan abadi.

Read Entire Article
Politics | | | |