Kegilaan Terbaru Ben Gvir: Usulkan Penjara Tahanan Palestina Dikelilingi Buaya

2 hours ago 5

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel Itamar Ben Gvir telah mengusulkan pembentukan “fasilitas penahanan yang dikelilingi oleh buaya” untuk menahan tahanan Palestina. Ini disebut kelompok HAM mencerminkan tahap kegilaan terkini pemerintah Zionis.

Media Israel Channel 13 melaporkan pada hari Ahad Layanan Penjara Israel (IPS) sedang meninjau apa yang digambarkannya sebagai “proposal yang tidak biasa” yang bertujuan untuk mencegah upaya pembobolan penjara.

Ben Gvir mengemukakan gagasan tersebut dalam pengarahan keamanan baru-baru ini dengan Komisaris Utama IPS Kobi Yaakobi, menurut Channel 13. Laporan tersebut mengatakan lokasi yang diusulkan akan berada di dekat Hamat Gader, sebuah resor sumber air panas di Israel utara di Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki. 

Menurut media Israel, resor tersebut sudah memiliki habitat aligator yang terkendali, dan buaya akan dibawa ke penjara - ditempatkan di kandang berpagar untuk mencegah upaya melarikan diri.

Usulan tersebut muncul ketika parlemen Israel diperkirakan akan segera melakukan pemungutan suara terhadap rancangan undang-undang yang diajukan oleh Ben Gvir yang akan mengizinkan eksekusi tahanan Palestina yang dituduh merencanakan atau melakukan serangan.

RUU hukuman mati diperkirakan akan melalui dua pembahasan lagi di Knesset, termasuk satu pembahasan pada minggu depan, sebelum disahkan menjadi undang-undang resmi.

Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel, Itamar Ben-Gvir.

RUU ini awalnya dimaksudkan untuk memungkinkan hakim menjatuhkan hukuman mati pada warga Palestina yang terbukti membunuh warga Israel atas dasar apa yang disebut sebagai alasan “nasionalistik”.

Undang-undang tersebut tidak akan berlaku bagi warga Israel yang membunuh warga Palestina dalam kondisi serupa.

Tambahan baru yang diumumkan oleh Ben Gvir awal pekan ini memperluas rancangan undang-undang tersebut dengan memasukkan mereka yang dituduh melakukan serangan pada 7 Oktober 2023, yang akan menerima hukuman mati sebagai “hukuman wajib”.

Orly Noy, ketua organisasi hak asasi manusia Israel B'Tselem, mengatakan rencana tersebut adalah "contoh mengerikan dari tahap kanibal yang dialami Israel saat ini".

“Selama beberapa dekade, Israel telah menggali parit dan membangun tembok, pagar, dan gerbang, namun rasa aman masyarakat masih memburuk,” kata Noy kepada Middle East Eye.

“Mereka akan mencoba apa saja sebelum mencoba keadilan dan perdamaian. Kita hanya bisa bertanya-tanya apa yang akan terjadi pada tahap selanjutnya setelah ini. “Satu-satunya yang tersisa hanyalah menembaki orang-orang di jalanan pada siang bolong. Saya rasa tidak banyak lagi yang tersisa selain itu saat ini.”

Read Entire Article
Politics | | | |