Keluarga Korban: Warga Dipekerjakan dalam Pemusnahan Amunisi di Garut

5 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Sebanyak 13 orang meninggal dunia akibat ledakan yang terjadi saat proses pemusnahan amunisi afkir di wilayah Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Senin (12/5/2025). Dari total korban meninggal, sembilan orang di antaranya adalah warga sipil.

Endang adalah salah satu warga sipil yang meninggal dunia akibat insiden tersebut. Padahal, laki-laki yang biasa bekerja serabutan itu disebut baru pertama kali ikut proses pemusnahan amunisi tidak layak pakai. "Baru kali ini. Ini pertama," kata adik korban, Farid, Selasa (13/5/2025).

Ia mengatakan, kakaknya itu diajak oleh temannya untuk ikut dalam proses pemusnahan amunisi. Dalam kegiatan itu, kakaknya dipekerjakan sebagai buruh harian lepas. Farid mengaku tidak tahu pasti tugas kakaknya dalam proses pemusnahan itu. Yang ia tahu, kakaknya mendapatkan upah Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu per hari.

"Diperkerjakan, jadi buruh harian lepas. (Upahnya) ada yang bilang Rp 150 ribu, ada yang bilang Rp 200 ribu," kata dia.

Nahas, kakaknya itu justru meninggal dunia akibat ledakan yang terjadi saat proses pemusnahan. Padahal, kakaknya itu masih memiliki tanggungan membiayai keluarga.

Meski begitu, ia bersyukur Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) memberikan atensi atas peristiwa itu. Apalagi, Pemprov Jabar bersedia menanggung kebutuhan keluarga korban, khususnya untuk anak-anak korban yang masih sekolah.

"Alhamdulillah Gubernur memberikan sesuai harapan korban. Beliau menyatakan akan bertanggung jawab, membiayai anak korban yang masih belum sekolah, yang masih sekolah," ujar Farid.

Sementara itu, salah satu warga yang juga ikut bekerja, Agus Setiawan, mengaku sudah sering ikut bekerja saat proses pemusnahan amunisi di kawasan itu bersama adiknya. Dalam seharinya, ia mengaku mendapatkan upah Rp 150 ribu sama proses pemusnahan dilakukan.

"Kerjanya buka amunisi," kata dia.

Ia mengaku sudah ikut bekerja ketika ada proses pemusnahan amunisi sejak 10 tahun terakhir. Namun, baru kali ini ada peristiwa ledakan yang menimbulkan korban jiwa. Nahasnya, adiknya menjadi korban yang meninggal dunia dalam peristiwa itu.

"Saya lagi di tenda, bersih-bersih. Rencananya mau balik kanan (saat peristiwa terjadi)," kata dia.

Gubernur Jabar Dedi Mulyadi turut menyampaikan belasungkawa atas peristiwa yang menyebabkan warganya meninggal dunia itu. Ia menyatakan, pihaknya akan menanggung kebutuhan anak-anak korban, terutama untuk kebutuhan pendidikannya.

"Anak-anaknya yang belum menikah itu menjadi tanggung jawab Gubernur. Pendidikan dan kehidupannya, biar kami yang memgambil alih tanggung jawab itu," kata dia.

Ia menambahkan, Pemprov Jabar juga telah memberikan uang untuk keperluan pemulasaraan jenazah kepada keluarga korban. Masing-masing diberikan Rp 50 juta per orang.

Dedi mengaku telah berkomunikasi dengan keluarga korban. Menurut pengakuan keluarga, korban itu dipekerjakan dalam proses pemusnahan amunisi.

"Pengakuanya mereka bekerja di sana sudah lama, dari 10 tahun ikut membantu dan menjadi profesi yang ditekuni. Kelihatannya sudah cukup berpengalaman," kata dia.

Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) III/Siliwangi Mayjen TNI Dadang Arif Abdurahman mengatakan, pihaknya masih melakukan investigasi terkait peristiwa yang mengakibatkan 13 orang meninggal dunia. Ia pun belum bisa memastikan alasan keberadaan warga sipil dalam peristiwa tersebut.

"Masih tim investigasi, belum selesai. Tim masih bekerja ya," kata dia.

Read Entire Article
Politics | | | |