Korea Buka Lebar Pintu untuk Mahasiswa Dunia, Termasuk Indonesia

7 hours ago 3
Awardee bersama Direktur KCCI dalam temu wicara "Melanutkan Pendidikan ke Korea." Foto: Fergi Nadira

안녕하세여, 친구들 (Annyeonghaseyo, chingudeul)...

Korea Selatan selama ini dikenal luas melalui budaya pop-nya seperti K-pop, drama Korea, dan makanan khasnya yang menggugah selera. Namun di balik gemerlap budaya itu, ada satu sektor penting yang terus dibuka lebar untuk dunia, yakni pendidikan.

Pada 13 Juni 2025, pemerintah Korea menggelar Festival Oullim di Lotte 360, Lotte Mal, Jakarta. Festival ini merupakan sebuah ajang pertukaran budaya yang menampilkan beragam program, termasuk sesi bertajuk "Melanjutkan Pendidikan ke Korea". Dalam sesi pembuka, Direktur Korea Culture Center (KCC) Indonesia, Kim Yong Woon, menyampaikan, Korea kini semakin gencar membuka peluang studi untuk mahasiswa asing, termasuk dari Indonesia.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

“Banyak universitas di provinsi kesulitan mendapatkan mahasiswa baru, makanya mereka aktif promosi dan memberikan diskon hingga beasiswa,” ujar Kim.

Hal ini bukan tanpa alasan. Populasi usia kuliah di Korea mengalami penurunan, sehingga banyak kampus, terutama di luar Seoul berlomba-lomba menarik mahasiswa internasional dengan skema promosi, keringanan biaya kuliah, dan program beasiswa penuh.

Salah satu bentuk dukungan konkret dari pemerintah Korea adalah program Global Korea Scholarship (GKS). Menurut Kim, GKS memberikan tunjangan hingga USD 800 per bulan dan dibarengi kemudahan izin kerja paruh waktu yang legal bagi mahasiswa asing. Dukungan ini bertujuan agar mahasiswa dapat fokus belajar tanpa terlalu terbebani soal biaya hidup.

Kisah mahasiswa Indonesia seperti Nadhifah Salsabila dan Siti Nurseha menjadi bukti nyata bahwa kesempatan tersebut terbuka lebar.

Nadhifah, kini mahasiswa S2 di Seonggyungwan University, awalnya datang ke Korea tanpa bisa berbahasa Korea. “Saya masuk Korea benar-benar dari nol. Tidak bisa bahasa Korea maupun membaca Hangul,” ungkapnya. Namun ia tetap mencoba dan aktif di komunitas internasional, hingga akhirnya berhasil meraih beasiswa GKS.

Lebih dari sekadar studi, Nadhifah juga menemukan dukungan dari komunitas Muslim di Korea dan bahkan menjalin pertemanan dengan warga Korea yang tertarik mempelajari Islam. “Saya kira di Korea tidak ada Muslim, ternyata saya bisa bertemu banyak teman Muslim, bahkan orang Korea yang tertarik belajar tentang Islam,” ceritanya.

Sementara itu, Siti Nurseha menempuh jalur berbeda. Berbekal tekad dan strategi, ia mengirim email ke sepuluh universitas di Korea. Hasilnya? Ia mendapat tawaran beasiswa dari beberapa kampus untuk melanjutkan pendidikan S1 dan S2.

“Masing-masing universitas punya skema beasiswa berbeda. Ada yang 50 persen, 80 persen,” jelas Siti.

Kini, dengan semakin luasnya akses dan dukungan dari pemerintah Korea, peluang untuk kuliah di Negeri Ginseng bukan lagi mimpi yang sulit diraih. Bagi generasi muda Indonesia, inilah saatnya untuk melangkah lebih jauh dan menjadi bagian dari komunitas global yang belajar, tumbuh, dan terhubung di jantung Asia Timur.

Read Entire Article
Politics | | | |