Foto: jalur selatan, nagreg macet, Arus mudik, Term
Kepadatan lalu lintas dan sejumlah titik kemacetan terjadi di jalur selatan saat arus mudik Lebaran seperti di kawasan Nagreg, Kabupaten Bandung, Sabtu (29/3/2025).
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Hari Raya Idul Fitri menjadi momen bersilaturahim bagi umat Islam bersama sanak saudara dan handai taulan sembari bermaaf-maafan setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa. Demi momen ini, banyak orang mengorbankan waktu dan uang untuk mudik.
Belasan jam bahkan ada yang hitungan hari ditempuh hanya ingin menikmati suasana Lebaran di kampung halaman. Pemandangan perjalanan mudik kembali terlihat beberapa hari sebelum Lebaran 2025 yang ditetapkan pemerintah berlangsung pada 31 Maret.
Perayaan Idul Fitri bukan hanya terjadi setelah Indonesia merdeka. Ketika masih dijajah Belanda pun, Lebaran dirayakan dengan meriah, termasuk tradisi mudik.
Terkait mudik, jawatan kereta api saat itu harus menyiapkan gerbong tambahan. Koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië 21-11-1938 memberitakan, perusahaan kereta api kala itu menyiapkan beberapa kereta tambahan dari Madiun ke Bandung untuk staf pribumi di perusahaan tersebut. Namun orang di luar perusahaan diberi kesempatan untuk naik.
Kereta tambahan itu bukan hanya ke Madiun, melainkan juga ke Yogyakarta dan Batavia mengingat banyaknya penumpang pada saat Lebaran, kata koran De locomotief edisi 21-11-1938.
Masalah petasan juga muncul di Kota Bandung saat zaman Belanda ketika pembuat petasan menjadi korban dari barang buatannya sendiri. Koran De Locomotief edisi 18 Februari 1931 menceritakan seorang pembuat petasan bernama Mad Kasim terluka serius di kepalanya setelah produk buatannya meledak.
Ledakan itu begitu besar hingga tubuh Mad Kasim terpental. Koran itu menyebutkan pembuatan petasan yang menelan korban itu terjadi di Cibeunying, Bandung.
sumber : Antara