Lebih Utama Memberi Pengemis atau Orang yang Diam dalam Kesulitan? 

1 week ago 12

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dalam Islam, memberi kepada orang yang membutuhkan adalah perbuatan mulia, baik kepada pengemis maupun kepada orang diam yang membutuhkan. Namun, mana lebih diutamakan antara keduanya? 

Dalam buku buku Syajaratul Ma'arif, Syekh Izzuddin bin Abdussalam mengutip firman Allah SWT: 

لِلْفُقَرَاۤءِ الَّذِيْنَ اُحْصِرُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ ضَرْبًا فِى الْاَرْضِۖ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ اَغْنِيَاۤءَ مِنَ التَّعَفُّفِۚ 

Artinya: "(Apa pun yang kamu infakkan) diperuntukkan bagi orang-orang fakir yang terhalang (usahanya karena jihad) di jalan Allah dan mereka tidak dapat berusaha di bumi. Orang yang tidak mengetahuinya mengira bahwa mereka adalah orang-orang kaya karena mereka memelihara diri dari mengemis." (QS Al-Baqarah [2]:273)

Allah SWT juga berfirman: 

 ...فَكُلُوْا مِنْهَا وَاَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّۗ  كَذٰلِكَ سَخَّرْنٰهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Artinya: "....,makanlah sebagiannya dan berilah makan orang yang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (tidak meminta-minta) dan orang yang meminta-minta.."

(QS Al-Hajj [22]:36)

Menurut Syekh Izzuddin, dalam hadis qudsi Allah SWT berfirman:  "Ada hamba-Ku yang meminta makanan kepadamu tetapi kau tidak memberinya makan. Seandainya kau memberinya makan, niscaya kau akan mendapatkan balasannya (ada) di sisi-Ku." 

Syekh Izzuddin menjelaskan, memberi makan orang yang diam atau tidak meminta-minta harus didahulukan daripada orang yang meminta-minta, karena orang yang diam tidak mendapatkan sesuatu untuk menopang kebutuhannya dan menutup kekurangannya. 

"Saat kekurangannya parah saat itulah prioritas dan lebih utama menopangnya. Karena itu, memberi makan orang kelaparan lebih utama daripada memberi makan yang lain, karena mendesaknya kebutuhan dan parahnya kekurangan," jelas Syekh Izzuddin. 

Dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah SAW juga bersabda:  

لَيْسَ الْمِسْكِيْنُ بِهَذَا الطَّوَّافِ الَّذِي يَطُوْفُ عَلَى النَّاسِ، فَتَرُدُّهُ اللُّقْمَةُ وَاللُّقْمَتَانِ وَالتَّمْرَةُ وَالتَّمْرَتَانِ. قَالُوْا : فَمَا الْمِسْكِيْنُ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: الَّذِيْ لاَ يَجِدُ غِنًى يُغْنِيْهِ وَلاَ يُفْطَنُ لَهُ فَيُتَصَدَّقَ عَلَيْهِ، وَلاَ يَسْأَلُ النَّاسَ شَيْئًا.

Artinya: “Orang miskin itu bukanlah mereka yang berkeliling meminta-minta kepada orang lain agar diberikan sesuap dan dua suap makanan dan satu-dua butir kurma.” Para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, (kalau begitu) siapa yang dimaksud orang miskin itu?” Beliau menjawab,”Mereka ialah orang yang hidupnya tidak berkecukupan, dan dia tidak mempunyai kepandaian untuk itu, lalu dia diberi shadaqah (zakat), dan mereka tidak mau meminta-minta sesuatu pun kepada orang lain." (HR Muslim)

Hadis ini menunjukkan bahwa mereka yang membutuhkan tetapi tidak meminta lebih utama untuk dibantu.

Islam tidak melarang memberi kepada pengemis, terutama jika memang terlihat benar-benar membutuhkan. Namun, jika seseorang meminta-minta sebagai profesi, ada dalil yang melarangnya.

Rasulullah SAW bersabda:  

مَنْ سَأَلَ النَّاسَ أَمْوَالَهُمْ تَكَثُّرًا، فَإِنَّمَا يَسْأَلُ جَمْرًا، فَلْيَسْتَقِلَّ مِنْهُ أَوْ لِيَسْتَكْثِرْ»

 Artinya: “Barangsiapa yang meminta kepada masyarakat karena untuk memperkaya diri, sesungguhnya ia hanya meminta batu neraka. Maka hendaknya ia memilih mempersedikit atau memperbanyak." (HR Muslim) 

Maka, jika memungkinkan, lebih baik mencari orang-orang yang membutuhkan tetapi tidak meminta, seperti tetangga yang kesulitan ekonomi, teman yang diam-diam sedang kesulitan, atau orang tua tunggal yang berjuang sendiri.

Kesimpulannya, memberi kepada orang yang diam lebih utama jika kita mengetahui kebutuhannya. Namun, memberi kepada pengemis juga baik selama kita yakin ia memang benar-benar membutuhkan. Yang paling penting adalah niat ikhlas karena Allah SWT

Read Entire Article
Politics | | | |