Menkeu: Trump Jadi Alasan Gejolak Ekonomi Maret - April

4 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan gejolak ekonomi global mengalami kenaikan sangat tinggi di bulan Maret dan April 2025. Di bulan Maret, penyebabnya karena berbagai perintah eksekutif Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Lalu berlanjut ke April Ketika Trump mengumumkan kebijakan tarif resiprokal.

Menurut Menkeu keadaan demikian mengagetkan dunia. Biasanya kalau terjadi perselisihan perdagangan,langsung dibawa ke World Trade Organization (WTO). Saat ini Trump memulai dengan melakukan tindakan unilateral. Artinya, menurut Sri Mulyani, keberadaan dan fungsi lembaga-lembaga multilateral itu tidak diindahkan.

"Yang terjadi adalah lebih pada tindakan atau aksi dari satu negara yang kemudian diharapkan terjadi negosiasi atau engagement yang sifatnya bilateral," kata Srimul dalam konferensi pers di kantornya, di Jakarta, Rabu (30/4/2025).

Ia melanjutkan, hal ini menimbulkan kerumitan. Pasalnya jumlah negara terdampak cukup banyak. Lebih dari 197 negara.

"Kalau masing-masing membuat bilateral agreement pasti selain frekuensi dan kerumitan juga konsistensi treatment menjadi tidak ada," ujar Srimul.

Ia melihat yang terjadi masing-masing negara fokus memproteksi diri. Kepentingan sendiri diutamakan. Alhasil, kolaborasi alias kerja sama menjadi menurun.

Keadaan demikian bisa berdampak ke aspek bisnis. Jika kerja sama berkurang, ekspor-impor bakal menurun. Kemudian investasi melambat.

"Karena investor tidak mau mengambil posisi pada saat belum ada kejelasan arah dan tindakan," kata Sri Mulyani.

Ia menegaskan, sampai kapanpun kerja sama antar negara merupakan hal vital. Sebuah produk memiliki elemen yang banyak. Elemen-elemen tersebut tidak bersumber hanya dari satu tempat.

"Rantai pasok, karena banyak barang, termasuk yang anda pegang saat ini, laptop, HP, itu tidak ada yang dibuat di satu negara," ujar Srimul.

Menurut Menkeu dengan semua situasi ini, karena melemahnya outlook investasi, pun dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi, maka harga komoditas juga terdampak. Nilai tukar dan suku bunga mengalami volatilitas.

Sri Mulyani menyebut sekarang semua mencari strategi meredam shock tersebut. Stabilisasi sangat dibutuhkan dan menjadi barang langka. "Karena yang terjadi hari ini adalah uncertainty dan gejolak atau volatility."

Ia melihat semua negara mencari stabilisasi dengan cara apapun. Itu termasuk melakukan negosiasi dagang, melakukan reform, menjaga macroeconomic stabilisation dan melindungi dunia usaha, serta masyarakatnya

Terkait situasi perekonomian Indonesia, Sri Mulyani menjamin tanah air masih menarik bagi para investor di tengah ketidakpastian global. Menkeu menerangkan keputusan Presiden Trump menerapkan tarif resiprokal, tidak hanya menyebabkan pergerakan ekspektasi inflasi, kemudian nilai tukar dolar. Namun juga berpengaruh terhadap yield surat berharga negara AS atau yang disebut US treasury. Ini juga relatif memengaruhi yield dari berbagai surat berharga negara dunia, baik itu korporasi maupun sovereign.

Menurutnya, yang positif dari Indonesia, di luar terjadinya gejolak yield surat berharga negara di AS, dan banyak negara di dunia, yield atau SBN RI relatif stabil. Menurutnya itu sesuatu yang dipandang baik, karena mencerminkan kepercayaan diri, ketenangan, keyakinan dari para investor pemegang SBN.

"Karena mereka percaya kepada perekonomian Indonesia akan terus dikelola dengan baik pertumbuhan relatif tinggi, inflasi rendah dan APBN-nya terjaga atau dijaga dengan baik," kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani menegaskan, situasi demikian perlu dijaga. Kemudian, kedepannya harus diperkuat karena banyak hal bisa terjadi. Terutama di situasi global seperti ini.

Indonesia, kata dia, perlu mengelola segala situasi dengan baik. Sehingga memberikan kenyamanan bagi para investor. Pada saat yang sama, juga semakin menarik minat bagi pihak luar yang ingin memutar uangnya di tanah air.

"Ini memberikan hal positif yang kita perkuat karena dalam suasana ketidakpastian dan dinamika global, investor di seluruh dunia, mencari tempat yang dianggap pasti dan aman," ujar Sri Mulyani.

Ia menerangkan, untuk saat ini dengan pengelolaan ekonomi, APBN, serta makro yang stabil, membuat Indonesia menjadi salah satu pilihan bagi para investor. Menurut Menkeu itu tercermin dari yield SBN RI yang dipercaaya, artinya tidak dijual atau dibuang. "Ini menyebabkan cost of fund kita masih terkendali," kata Sri Mulyani.

Apabila melihat asumsi APBN 2025, yieldnya diasumsikan di 7,0, year to date di 6,98, end of period 6,98, slightly below assumption, sedikit di bawah asumsi. Menurut Menkeu ini menggambarkan hal positif. "Tahun lalu yield surat berharga negara 10 tahun kita diasumsikan di 6,7 mengalami deviasi ke atas yaitu 6,8 rata-rata year to date dan 7,0 untuk end of period." kata Srimul.

Read Entire Article
Politics | | | |