REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mendorong Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengambil peran strategis dalam membangun sektor pertanian nasional melalui pengembangan inovasi dan alat mesin pertanian (alsintan) karya anak bangsa.
Ia menegaskan, Indonesia tidak boleh lagi bergantung pada teknologi impor, melainkan harus mampu melahirkan teknologi pertanian modern buatan sendiri.
“Tadi kami sudah lihat, karya anak bangsa dari ITS luar biasa. ada prototipe mobil, motor, kapal selam, hingga sepeda. Ke depan, kami berharap ITS dapat menciptakan traktor dan alsintan terbaik di dunia,” ujar Mentan Amran pada acara Reuni Akbar Alumni ITS 2025 mengangkat tema Merajut Kebersamaan dan Menguatkan Kontribusi di Kampus ITS, Surabaya, Ahad (9/11/2025).
Mentan Amran menyebut, potensi ITS dalam mendukung modernisasi pertanian sangat besar. Kementerian Pertanian (Kementan) setiap tahun mengalokasikan anggaran hingga Rp 10 triliun–Rp 15 triliun untuk pengadaan traktor dan alsintan lainnya. Karena itu, ia berharap produk-produk tersebut ke depan dapat sepenuhnya berasal dari hasil karya anak bangsa.
“Kami di Kementerian Pertanian setiap tahun membeli traktor senilai Rp 10 triliun–Rp 15 triliun. Kami ingin produk itu lahir dari tangan-tangan anak bangsa. Sudah saatnya Indonesia berdiri di atas kaki sendiri dalam hal teknologi pertanian,” tambah Mentan Amran.
Selain itu, Mentan Amran menyatakan, Kementan terus memperkuat kolaborasi dengan berbagai pihak, khususnya perguruan tinggi di seluruh Indonesia, dalam upaya mewujudkan kedaulatan dan ketahanan pangan nasional.
Ia optimistis, sinergi Ini akan mempercepat transformasi pertanian dari sistem tradisional menuju pertanian modern, sekaligus memperkuat fondasi pangan Indonesia yang berdaulat dan berkelanjutan.
“Sejak dilantik (menjadi Mentan), Bapak Presiden perintahkan kami untuk rebut swasembada pangan 4 tahun. Setelah 21 hari ada perubahan sedikit, target 4 tahun jadi 3 tahun. Setelah 45 hari ada perubahan sedikit lagi dari 3 tahun menjadi 1 tahun. Saya yakin target itu bisa kita capai karena ada ITS bersama kami. Jawa Timur ini provinsi dengan produksi pangan tertinggi di Indonesia, dan ITS akan jadi pendukungnya,” ujarnya.
Mentan Amran menambahkan, pihaknya bersama rektor dan ketua alumni ITS telah sepakat memulai perancangan berbagai alat pertanian strategis secara mandiri, seperti traktor, combine harvester, dan sistem irigasi cerdas. Ia menilai, langkah ini menjadi kunci agar Indonesia tak hanya mandiri pangan, tetapi juga mandiri teknologi.
“Nilai kebutuhan alsintan nasional mencapai ratusan triliun rupiah. Kami ingin itu semua menjadi hasil karya anak bangsa, khususnya ITS dan para alumninya. Indonesia harus menjadi garda depan dalam teknologi pertanian modern,” ucapnya.
Rektor ITS Bambang Pramujati menyampaikan, ITS siap mendukung Kementan melalui riset dan inovasi teknologi yang bisa langsung diterapkan di lapangan.
“Memang banyak teknologi yang sudah kami kembangkan dan siap diimplementasikan, termasuk sistem bisnis berbasis digital dan penggunaan drone untuk pembuahan tanaman secara presisi,” ujar Bambang.
Menurutnya, penerapan teknologi ini akan membuat pekerjaan di lapangan jauh lebih efisien, mempercepat waktu panen, serta menekan biaya operasional petani.
“Dengan pemanfaatan teknologi, kita bisa memperbanyak variasi hasil, meningkatkan ketepatan waktu tanam dan panen, serta menghemat tenaga dan biaya,”kata Bambang.
Saat ini ITS tengah mengembangkan teknologi energi terbarukan (renewable energy) serta robotika yang bisa menunjang kinerja sektor pertanian dan industri hilirnya.
“Kami memiliki berbagai inovasi, mulai dari sistem robot pertanian, hingga energi surya dan lainnya yang bisa dimanfaatkan untuk di sektor pertanian. Tantangan kami sekarang memastikan hasil riset ini diterapkan secara luas sehingga memberi manfaat langsung bagi petani,” ujar Bambang.

3 hours ago
3










































