Merger dengan Wika, Bos PT PP Tunggu Keputusan Danantara

7 hours ago 7

PT PP akan melakukan merger dengan PT Wika di bawah Badan Pengelola Investasi Danantara (BPI Danantara). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT PP (Persero) Tbk Novel Arsyad memastikan rencana merger antara PT PP dengan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau Wika tetap akan berjalan di bawah Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara. PT PP, lanjut Novel, terus melakukan proses penjajakan dalam merealisasikan rencana merger tersebut. 

"Ini sedang dalam proses, namun arahan sebelumnya untuk proses (merger) dengan Wika itu tetap kami jalankan," ujar Novel dalam konferensi pers Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2024 PT PP di Auditorium Wisma Subiyanto, Plaza PP, Jakarta, Rabu (30/4/2025).

Novel menyampaikan PT PP akan mengikuti arahan dari pemerintah dalam upaya penguatan BUMN sektor konstruksi. Novel mengatakan keputusan merger akan berada di tangan Danantara. "Namun kami juga terus menunggu apa yang nantinya akan menjadi final dari keputusan di Danantara terhadap bisnis yang ada di BUMN konstruksi ini," ucap Novel. 

Langkah merger sejumlah BUMN karya merupakan gagasan Menteri BUMN Erick Thohir dalam memperkuat kondisi BUMN infrastruktur. Erick mengatakan proses penggabungan BUMN yang sebelumnya memerlukan waktu yang cukup lama, kini bisa dilakukan lebih cepat dengan adanya UU BUMN terbaru. 

"Mungkin dengan RUU BUMN yang baru, maka proses merger dan lain-lainnya itu bisa lebih cepat, yang kemarin memakan dua tahun hingga tiga tahun karena proses banyak kementerian, sekarang mungkin proses mergernya bisa lebih cepat kalau memang RUU BUMN itu berlaku," ucap Erick saat rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (13/2/2025).

Erick menyampaikan rencana merampingkan jumlah BUMN karya menjadi tiga perusahaan belum final. Erick mengaku masih membuka berbagai opsi lain dalam upaya memperkuat sektor infrastruktur pelat merah ke depan. 

"Kalau saya melihat dari tujuh menjadi tiga BUMN sampai hari ini masih bisa kalkulasinya baik, tapi nanti kita lihat dua bulan sampai tiga bulan bulan seperti apa, bukan tidak mungkin efisiensi merger karya dari tiga bisa saja menjadi dua, bahkan satu (perusahaan), tapi ini masih perlu kajian saya rasa," kata Erick. 

Erick ingin menggabungkan Hutama Karya dan Waskita Karya yang berfokus pada proyek jalan tol, nontol, institusional building, dan juga residential commercial. Kemudian, konsolidasi Wijaya Karya dan PT PP untuk fokus pada proyek seaport, airport, dan akan tetap masuk di residensial karena masih ada aset-aset yang tertinggal sebelumnya. Lalu, konsolidasi PT Adhi Karya dan Nindya Karya yang menyasar pada proyek pembangunan infrastruktur air, hingga rel.

Berita Lainnya

Read Entire Article
Politics | | | |