REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk resmi mengakuisisi PT Bank Victoria Syariah (BVIS) senilai sekitar Rp 1,5 triliun. Aksi ini merupakan bagian dari proses pemisahan (spin-off) BTN Syariah dan pembentukan bank umum syariah (BUS) baru yang ditargetkan menjadi bank syariah terbesar kedua di Indonesia.
Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan, akuisisi BVIS dilakukan setelah BTN mendapatkan seluruh persetujuan yang diperlukan, termasuk dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Presiden Prabowo Subianto.
“Kami secara resmi sudah mendapatkan izin-izin yang dibutuhkan, karena itulah kami segera menandatangani Akta Jual Beli ini, dengan nilainya kurang lebih Rp 1,5 triliun atau sekitar 1,4 hingga 1,5 kali nilai buku BVIS,” ujar Nixon di Menara BTN, Jakarta, Kamis (5/6/2025).
Bank syariah hasil penggabungan BTN Syariah dan BVIS akan menggunakan nama baru yang ditentukan oleh Presiden Prabowo berdasarkan usulan BTN dan Menteri BUMN. “Namun kami tidak dapat menyebutkan calon namanya sekarang karena ada unsur legal. Nantinya perlu dilakukan Rapat Umum Pemegang Saham di BTN maupun BVIS karena akan ada perubahan anggaran dasar, merek, dan lainnya,” jelasnya.
BTN menargetkan proses spin-off rampung sekitar Oktober hingga November 2025. Bank baru ini akan didukung modal awal sekitar Rp 6 triliun, terdiri atas dana internal BTN sebesar Rp 3,5 hingga Rp 4 triliun, nilai akuisisi BVIS Rp 1,5 triliun, dan rights issue Rp 1 triliun.
“Untuk memenuhi kategori BUKU 2 dan Capital Adequacy Ratio (CAR)-nya, kita buat mirip dengan kondisi BTN hari ini, yaitu sekitar 18–19 persen. Dengan begitu, bank baru ini nantinya bisa langsung ekspansi,” terang Nixon.
BTN memilih mengakuisisi BVIS ketimbang mendirikan bank syariah baru karena dinilai lebih efisien dan cepat. Aksi ini juga merupakan implementasi atas amanat POJK Nomor 12 Tahun 2023 dan UU PPSK, yang mewajibkan spin-off UUS apabila asetnya melebihi Rp 50 triliun atau 50 persen dari total aset induk. Per akhir 2023, aset BTN Syariah tercatat Rp 54,28 triliun. “Di bulan Oktober tahun ini mungkin asetnya sudah mencapai sekitar Rp 65–67 triliun,” ujarnya.
Direktur Utama Victoria Investama, Aldo Jusuf Tjahaja, menyambut positif akuisisi ini. “Harapan kami BVIS akan menjadi salah satu institusi kuat di perbankan syariah Indonesia. Semoga kolaborasi ini dapat menjadi kemitraan strategis bersama dan mampu mendukung ekonomi masyarakat, khususnya melalui sektor jasa keuangan syariah,” katanya.
BTN juga menyiapkan rencana bisnis jangka menengah dengan fokus pada digitalisasi. “Business process-nya akan digital, bahkan lebih digital dibanding induknya. Karena itu kami akan merekrut banyak tenaga TI untuk memperkuat posisi bank ini dalam digital sharia banking,” ujar Nixon.
Direktur Manajemen Risiko BTN Setiyo Wibowo menambahkan, bank syariah baru ini akan fokus pada dua segmen konsumen, yakni konformis dan konservatif. “Untuk bisa masuk ke dua segmen itu, perlu perbaikan dari sisi digital, teknologi, dan lainnya agar produk dan layanan syariah bisa dilayani secara digital,” ujarnya.