REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menilai, kebijakan tarif balasan Amerika Serikat yang diumumkan oleh mantan Presiden Donald Trump tidak akan langsung berdampak signifikan terhadap kinerja perbankan, khususnya dalam hal pertumbuhan kredit dan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL). Hal ini disampaikan Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja dalam konferensi pers Paparan Kinerja Kuartal I 2025 yang digelar daring, Rabu (23/4/2025).
“Kita bersama-sama dikejutkan dengan ketentuan bahwa akan ada tambahan tarif sebesar 32 persen. Nah, kita coba menginventarisasi, kira-kira bisnis apa yang akan banyak terkena,” ujar Jahja.
Menurut dia, sektor-sektor yang paling berpotensi terdampak tarif balasan Amerika Serikat adalah industri furnitur, hasil laut seperti udang dan ikan fillet, serta pakaian dan alas kaki. Produk-produk tersebut selama ini banyak diekspor ke AS melalui pesanan dari perusahaan asing.
Namun, ia menekankan bahwa keputusan final terkait tarif masih belum pasti. “Tetapi, tiba-tiba Mas Trump ini juga akan mengatakan, ‘Lihat 30 hari.’ Artinya belum tentu juga ini akan diterapkan terus-menerus, karena dia akan menilai 30 hari ini bagaimana,” jelasnya.
Merespons dinamika tersebut, Jahja mengungkapkan bahwa Presiden Prabowo telah memberikan arahan agar Indonesia tidak mengikuti langkah China yang langsung membalas tarif dengan tarif. Sebaliknya, pemerintah Indonesia akan menempuh jalur negosiasi, termasuk meningkatkan impor dari Amerika Serikat untuk memperkecil ketimpangan neraca dagang (trade balance).
“Yang akan ditempuh oleh Indonesia adalah, tim negosiasi akan mencoba mempelajari. Trade balance itu dikenakan tarif karena Amerika menganggap timpang. Indonesia ekspor ke AS itu jauh lebih besar daripada apa yang kita impor,” jelas Jahja.
“Mencari produk-produk Amerika apa yang kira-kira masih kita bisa beli dari sana, untuk meningkatkan impor kita... Maka gap antara trade balance Amerika dengan kita itu akan mengecil," sambungnya.
Dengan demikian, BCA belum mengambil langkah reaktif terkait pembiayaan ke sektor-sektor terdampak. “Kami juga tidak mau cepat-cepat, ‘Wah, diinventarisasi semua perusahaan furnitur, apparel, terus kemudian apa lagi, yang ekspor seafood dan kerusakan, kurangi kreditnya, habiskan semuanya.’ Kami nggak mau tergesa-gesa seperti itu,” tegasnya.
Ia menambahkan, selama strategi pemerintah berjalan efektif, dampaknya terhadap industri dan perbankan dapat diminimalkan. “Kalau itu memang begitu, maka jangan khawatir, NPL kami (BCA) juga akan tetap terjaga. Saat ini NPL kami 2 persen, jauh di bawah industri, dan rasanya ini kita bisa mitigasi hal-hal seperti ini,” ujarnya.
BCA memastikan akan tetap mencermati arah kebijakan perdagangan global sambil menjaga kualitas aset dan penyaluran kredit secara hati-hati.