Obligasi Korporasi Tembus Rp 90 Triliun, Dorongan Refinancing dan Suku Bunga Rendah

7 hours ago 7

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai penerbitan surat utang korporasi nasional melonjak tajam pada semester I 2025, mencapai Rp 90,90 triliun. Kenaikan sebesar 48,31 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu ini dipicu oleh kebutuhan refinancing surat utang jatuh tempo yang mencapai Rp 161,2 triliun sepanjang tahun ini.

“Penerbitan surat utang korporasi pada awal semester II 2025 melonjak cukup signifikan, dipicu oleh dua faktor utama yakni pemangkasan suku bunga yang membuat pembiayaan melalui obligasi lebih atraktif, serta jatuh tempo sejumlah besar surat utang pada Juli,” jelas Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo, Suhindarto, dalam Media Forum Pefindo, dikutip Jumat (11/7/2025).

Dari total utang jatuh tempo tahun ini, sebesar Rp 96 triliun akan jatuh pada semester II. Pefindo memperkirakan sebagian besar dari utang tersebut akan dibiayai kembali melalui penerbitan obligasi baru.

“Mungkin sebagian sudah di-refinancing pada Juni lalu dan Juli ini. Jadi, sudah mulai terlihat beberapa surat utang yang diterbitkan kembali untuk refinancing itu. Ke depan, kami perkirakan tren ini masih akan tinggi,” ujar Suhindarto.

Penerbitan obligasi korporasi pada Juni tercatat mencapai Rp 30,95 triliun—angka tertinggi sepanjang sejarah penerbitan bulanan. Pada Maret, penerbitan juga tinggi, yakni Rp 25,14 triliun. Hal ini didorong oleh penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 50 basis poin sejak awal 2025, yang membuat biaya pendanaan lewat obligasi lebih efisien dibandingkan pinjaman bank.

“Ini menunjukkan, dari sisi biaya, obligasi kini lebih kompetitif dibandingkan pinjaman bank,” kata Suhindarto.

Menurut dia, pasar kini lebih berpihak pada penerbit, karena kupon obligasi untuk perusahaan dengan peringkat AAA hingga A cenderung lebih rendah daripada suku bunga dasar kredit bank.

Direktur Utama Pefindo, Irmawati Amran, menyebut semester kedua biasanya menjadi puncak aktivitas penerbitan obligasi. Kebutuhan modal kerja dan pembiayaan ulang utang korporasi menjadi faktor utama pendorong tingginya penerbitan.

“Saat ini, kita lihat masih banyak ruang bagi pertumbuhan industri surat utang korporasi di Indonesia,” ujar Irma.

Pada semester I, sektor industri yang paling aktif menerbitkan obligasi antara lain pulp dan kertas (Rp 20 triliun), multifinance (Rp 17,83 triliun), perbankan (Rp 15,50 triliun), pertambangan (Rp 11,85 triliun), dan pembiayaan non-multifinance (Rp 8,32 triliun).

Total obligasi korporasi yang masih outstanding hingga akhir semester I 2025 mencapai Rp 550 triliun. Namun, jumlah perusahaan penerbit menurun dari 282 emiten pada 2020 menjadi 249 emiten, dan hanya 58 perusahaan yang menerbitkan obligasi baru di paruh pertama tahun ini.

Pefindo memperkirakan total penerbitan obligasi tahun ini akan melebihi titik tengah proyeksi sebesar Rp 144 triliun. “Pada semester kedua, tingkat penerbitannya bisa berkisar antara Rp 60 triliun sampai Rp 70 triliun lagi,” kata Suhindarto.

Read Entire Article
Politics | | | |