loading...
Olimpiade Madrasah Indonesia (OMI) 2025 tingkat nasional selesai digelar dengan menghasilkan sejumlah calon saintis muda. Foto/Kemenag.
JAKARTA - Olimpiade Madrasah Indonesia (OMI) 2025 tingkat nasional selesai digelar dengan menghasilkan sejumlah calon saintis muda. Olimpiade ini digelar berjenjang mulai satuan pendidikan, tingkat kabupaten, provinsi, hingga level nasional.
Provinsi Banten menjadi tuan rumah bagi para finalis dari 34 provinsi di Indonesia pada grand final yang digelar 11-14 November 2025.
Pada penutupan yang dihadiri Menteri Agama Nasaruddin Umar tersebut, dikatakan bahwa ratusan medali yang diperebutkan dalam 11 kategori sains dan 3 kategori tema riset berhasil dibawa pulang oleh para siswa yang menorehkan prestasi di berbagai disiplin ilmu.
Baca juga: 101.786 Guru Madrasah dan Pendidikan Agama Lulus PPG 2025, TPG Cair 2026
Menag mengaku bangga melihat perkembangan madrasah yang sudah jauh menguasai sains. "Setiap tahun selalu ada (temuan) yang baru," kata Menag, melalui siaran pers, Jumat (14/11/2025).
Menurut Menag, kemampuan madrasah di bidang sains murni dan riset terapan sudah tidak di bawah sekolah umum lagi. "Bahkan lebih bisa," katanya. Saat ini madrasah telah berhasil mengelaborasi sains dan agama dalam satu tempat. "saya berharap madrasah dapat menjadi episentrum baru peradaban maju dan pilar Indonesia di masa depan," katanya.
Direktur KSKK Madrasah Kementerian Agama Nyayu Khodijah mengatakan, pelaksanaan olimpiade ini banjir peminat. Seluruh tahapan seleksi menggunakan sistem CBT untuk menjamin transparansi dan objektivitas penilaian.
Baca juga: TKA 2025 Digelar di 9.636 Madrasah dan Pesantren, Cek Jadwalnya
Yang terlibat secara keseluruhan adalah 202 ribu lebih siswa dari tiga jenjang, yaitu SLTA, SLTP, dan SD. Mayoritas peserta adalah perempuan, yakni 136.171 siswa (67,43 persen).
“Sedangkan pelaksanaan OMI mencapai 555 titik lokasi yang tersebar pada masing-masing kabupaten/kota,” katanya. "Kami berharap event ini dapat mencipatakan suasana kompetisi yang memicu perkembangan pendidikan di madrasah," katanya.
Menag berharap, madrasah tidak menganggap ada pemisahan ilmu sehingga yang satu harus meninggalkan yang lain. "Karena Nabi pun sangat mengapresiasi sains. Beliau memerintahkan belajar ilmu universal karena itu adalah milik Islam yang tercecer". Saat ini di Indonesia hanya madrasah yang dapat mengelaborasi sains dan agama dalam satu tempat.















































