Pameran 'Napak Teles' Dorong Kesadaran Publik terhadap Pentingnya Air

13 hours ago 6

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sebanyak 35 karya dari 16 seniman dan tujuh komunitas dipajang dalam pameran Napak Teles yang diselenggarakan di Jogja Gallery mulai 2 hingga 7 Mei 2025. Mengusung tajuk “Napak Teles: Tentang Kabarku, Sang Air...”, pameran ini menyoroti isu-isu kritisnya air seperti kelangkaan air yang belakangan ini terjadi di berbagai daerah.

Kurator Agustino Enrico Putra Perkasa mengatakan bahwa persoalan air hari ini begitu kompleks, di mana pemanasan global menjadi salah satu faktornya, ditambah masalah limbah cair yang mencemari sungai-sungai dan sumber air kita. Mengingat peran air sangat penting dalam kehidupan manusia,  pameran seni ini ingin mengajak masyarakat untuk lebih memahami pentingnya air melalui berbagai karya kreatif.

"Jelas sekali bahwa air menjadi salah satu subjek alam yang sangat penting. Hingga muncul dalam pikiran kami: akankah suatu hal yang penting ini akan dibiarkan memburuk?," kata Enrico, Jumat (2/5/2025).

Enrico menjelaskan Napak Teles ini tak sekadar proyek akademik, tetapi menjadi ruang kontemplasi sekaligus perlawanan artistik terhadap ancaman ekologis yang kian nyata, khususnya terkait kualitas dan keberlangsungan air.

Napak Teles, kata dia, mengejawantahkan gagasan pameran secara kekinian, sehingga menurutnya, dunia seni dan akademis memiliki kapasistas untuk menyuarakan hal-hal tersebut. Bentuk-bentuk visual dan karya-karya seni ini dirasa mampu untuk menyuarakan itu.

Latar belakang seniman dan komunitas menjadi suatu hal penting untuk menyokong tersajinya tema terkait persoalan air tersebut. Ia meyakini 16 seniman dan tujuh kolektif ini bergiat dan merefleksikan hal yang sama dan selaras dengan tema pameran tersebut.

"Harapannya pengunjung yang telah masuk dan lepas dari ruang pamer, akan selalu menimang-nimang keputusan yang berdampak pada lingkungan. Syukur-syukur bisa melakukan hal-hal positif bersama alam. Bumi menanti ribuan langkah kecil manusia yang akan menjadi lompatan besar bagi perubahan dunia, dimulai dari jagad Yogyakarta," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Pelaksana Pameran Napak Teles, Agatha menyampaikan Stekpohon Colective sebagai penyelenggara, yang lahir dari rahim suatu lembaga pendidikan seni: Jurusan/Prodi S1 Tata Kelola Seni, Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Yogyakarta.

Kolaborasinya bersama belasan seniman di Yogyakarta itu menjadi tiang penyangga untuk menggelar pameran di Jogja Gallery. Mereka berupaya memantik kesadaran bersama untuk mengajak para pengunjung menjaga alam yang berpengaruh pada kesehatan dan kualitas air.

"Semoga semuanya bisa menikmati karya-karya yang disajikan dalam pameran ini," ucap Agatha.

Senada, salah satu dosen pengampu mata kuliah tinjauan pameran I, Dian Ajeng Kirana menambahkan bahwa Napak Teles ini menjadi bagian praktik pembelajaran yang diberikan kepada anak didiknya. Mereka diajak untuk membuat suatu pameran yang memiliki dampak nyata kepada masyarakat.

"Mereka harus membuat pameran secara langsung. Ada tujuh kelompok dalam satu angkatan ini. Mereka yang kelompok Stekpohon ini mengambil nama pameran seni visual Napak Teles ingin menyuarakan keresehan terhadap air kemudian pencemaran air, penggunaan air, ekosistem air yang mungkin memang ada di beberapa tempat yang kurang terpelihara baik," katanya.

Pameran ini dibuka langsung oleh Kanjeng Pangeran Haryo Yudanegara. Dia pun menyambut baik karya pameran yang berbicara tentang keresahan terhadap air tersebut. "Jogja memang menjadi kota seni budaya tetapi harus dielaborasi kedepannya agar perkembangan seni budaya di Jogja ini tidak hanya berhenti disini di praktik-praktik yang kemudian tidak bisa didaratkan menjadi end product, saya cukup memahami itu," ungkapnya.

"Ini adalah bagian daripada proses kesenian. Jogja tepat untuk itu, saya melihat bahwa ISI harus lebih bekerja keras lagi karena ISI merepresentasikan negara," ujarnya mengakhiri.

Read Entire Article
Politics | | | |