Pembiayaan Hijau Diprediksi Meningkat pada 2026

4 hours ago 6

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Permintaan pembiayaan berkelanjutan atau green loan diperkirakan meningkat pada 2026 seiring kebutuhan dunia usaha menyesuaikan strategi bisnis dengan isu keberlanjutan dan target net zero emission 2060. Mandiri Institute menilai tren tersebut akan kembali menguat meski kondisi global masih diwarnai ketidakpastian.

Kepala Mandiri Institute Andre Simangunsong mengatakan, permintaan pembiayaan berbasis environmental, social, and governance (ESG) tetap berada di level signifikan sepanjang 2025. “Saya rasa masih ya. Bahkan dengan kondisi sekarang, permintaan untuk ESG financing yang project financing-nya juga masih cukup besar,” ujar Andre di Jakarta, Sabtu (13/12/2025).

Andre memperkirakan pembiayaan berkelanjutan kembali menjadi prioritas pada 2026, dipengaruhi meningkatnya kesadaran risiko iklim setelah berbagai bencana di tingkat nasional hingga global. Kondisi tersebut mendorong pelaku usaha menyelaraskan strategi bisnis dengan prinsip keberlanjutan.

Dari sisi kebijakan, dorongan juga datang dari regulator, termasuk pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan, yang mendorong perbankan menerapkan Climate Risk Stress Testing. “Dari sisi supply dan demand, ada kebutuhan yang semakin tinggi,” kata Andre.

Andre menyebut pemerintah menjadi penerbit terbesar obligasi berkelanjutan, termasuk obligasi hijau dan obligasi sosial. Sementara sektor keuangan dinilai paling siap berperan sebagai penyalur pembiayaan berkelanjutan sekaligus penerbit terbesar kedua setelah pemerintah.

Survei Mandiri Institute terhadap perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia menunjukkan green loan menjadi jenis pembiayaan berkelanjutan yang paling diminati. Dalam tiga hingga lima tahun ke depan, permintaan pembiayaan proyek penurunan emisi dan peningkatan efisiensi energi diperkirakan terus meningkat.

Mandiri Institute juga mencatat hampir seluruh sektor usaha telah memiliki kesadaran terhadap isu ESG, namun kesiapan implementasi masih bervariasi. “Kalau awareness sudah pasti mengetahui, tapi dari sisi readiness dan adopsi dalam strategi perusahaan masih perlu ditingkatkan, terutama sektor agrikultur, FMCG, dan transportasi,” ujar Andre.

Berdasarkan data Mandiri Institute hingga semester I 2025, pembiayaan berkelanjutan sektor transportasi tercatat sebesar 17,6 juta dolar Amerika Serikat atau Rp293 miliar. Sektor agroindustri seperti crude palm oil mencapai Rp500 miliar, sektor petrokimia Rp2,91 triliun, dan sektor peternakan Rp1,05 miliar.

sumber : Antara

Read Entire Article
Politics | | | |