Pengendara melintasi tumpukan sampah dan gerobak sampah di pinggir Jalan Raya Bogor, Kota Depok, Jawa Barat, Senin (12/8/2024).
REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK – Pemerintah Kota Depok menggencarkan pengelolaan sampah berbasis maggot sebagai solusi mengatasi persoalan sampah organik. Wali Kota Depok Supian Suri mengajak seluruh aparatur sipil negara (ASN) dan warga untuk aktif mengelola sampah dari rumah masing-masing.
“Alhamdulillah, Dinas Lingkungan Hidup siap mendukung program ini. Kita akan maksimalkan peran maggot dalam mengatasi tumpukan sampah organik, yang saat ini mencapai 50 persen dari total timbunan sampah di Depok,” kata Supian di Depok, Senin (21/4/2025).
Supian juga mendorong ASN menjadi teladan dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Ia mengimbau seluruh kelurahan yang telah memulai program budi daya maggot untuk mengoptimalkan pelaksanaannya.
Sebagai bentuk komitmen, Pemkot Depok akan membangun tiga sentral produksi maggot. Sentral pertama telah beroperasi di Kecamatan Sukmajaya, disusul pembangunan sentral kedua di wilayah timur (Tapos dan Cimanggis), serta sentral ketiga di wilayah barat (Bojongsari dan Sawangan).
“Bagi warga yang belum bisa menetaskan maggot sendiri, bisa mengambil bibit dari sentral. Setelah maggot tumbuh, bisa dikembalikan untuk produksi lanjutan. Ini sistem ekonomi sirkular yang ingin kita bangun,” jelasnya.
Tak hanya maggot, Supian juga menyoroti upaya pengurangan sampah residu melalui kerja sama dengan Indocement dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Pada 23 April mendatang, Pemkot Depok akan menandatangani nota kesepahaman (MoU) terkait pengiriman Refuse-Derived Fuel (RDF) — bahan bakar alternatif dari sampah — ke pabrik Indocement.
“Selama ini kita menunggu pengolahan di Lulut Nambo, tapi belum maksimal. Lewat MoU ini, kita bisa langsung kirim RDF ke Indocement. Ini terobosan besar agar sampah tidak menumpuk dan bisa diolah secara efisien,” ujar Supian.
Ia menegaskan bahwa kebijakan nasional kini mendorong pengurangan ketergantungan pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) konvensional. Dengan keterbatasan lahan di TPA Cipayung, Depok perlu berinovasi dan mempercepat adopsi pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
“Sudah tidak ada ruang untuk memperluas TPA. Kita harus cepat bergerak, dan ASN harus jadi garda terdepan dalam mengubah pola pikir serta perilaku masyarakat soal sampah,” tegasnya.
Supian optimistis langkah-langkah strategis ini akan menjadikan Depok sebagai kota percontohan pengelolaan sampah modern dan berkelanjutan.
sumber : Antara