Peneliti Ini Ungkap Sejumlah Tantangan Menuju Swasembada Gula

8 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) menilai percepatan swasembada gula nasional menghadapi sejumlah tantangan pada 2025–2026. Peneliti P3GI, Danang Permadhi, menyampaikan, dalam lima tahun terakhir tren produksi gula nasional masih defisit sehingga target swasembada konsumsi belum tercapai.

Ia mengungkapkan, pemerintah dan pelaku industri gula tengah berpacu dengan waktu untuk memenuhi target swasembada. Namun di lapangan, banyak kendala struktural yang perlu segera diatasi agar produktivitas tebu dapat meningkat signifikan.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

“Untuk tahun ini dan tahun depan, kita betul-betul di-challenge. Swasembada gula konsumsi menjadi pekerjaan rumah besar karena produksi belum bisa menutup kebutuhan,” ujar Danang dalam Diskusi Panel Industri Perkebunan di Bogor, dikutip Rabu (29/10/2025).

Menurutnya, pemerintah telah menjalankan sejumlah program strategis seperti bongkar ratoon dan penataan varietas tebu. Program tersebut penting karena masih tingginya penggunaan varietas lama yang berumur panjang, terutama di Jawa Timur yang menyumbang hampir 50 persen pasokan gula nasional. Ia menyebut sekitar 95 persen petani di provinsi itu masih menanam varietas BL (Bululawang) yang tergolong masak lambat.

Selain varietas, Danang menilai pola usaha tani juga belum efisien. Petani kesulitan menerapkan praktik budidaya sesuai Good Agricultural Practices (GAP). Lembaga riset, kata dia, perlu lebih aktif mengawal proses dari tanam hingga tebang agar kualitas dan rendemen bisa meningkat.

Akses permodalan menjadi hambatan lain. Banyak petani belum memiliki kemampuan finansial untuk mengganti varietas, memperbarui lahan, atau menggunakan pupuk serta teknologi modern. “Pendampingan dan bantuan modal lunak menjadi syarat mutlak kalau kita mau mempercepat produksi,” katanya.

Perubahan iklim turut memperberat situasi. Fluktuasi curah hujan dan lamanya musim kering berpengaruh terhadap rendemen dan produktivitas tebu. P3GI memproyeksikan pada 2025 produktivitas tebu nasional bisa mencapai sekitar 72 ton per hektare, namun rendemen justru turun dari 7,4 persen menjadi 6 persen. Angka itu diperkirakan baru pulih ke 7 persen pada 2026.

Kondisi tersebut diperparah oleh banyaknya lahan tebu yang kini digarap di kawasan hutan atau wilayah marginal dengan produktivitas rendah sekitar 45–50 ton per hektare. Infrastruktur angkut yang terbatas juga menambah biaya produksi dan menurunkan mutu gula.

Di sisi pasar, tata niaga gula dinilai belum memberikan insentif bagi petani untuk meningkatkan kualitas. Pasar masih lebih toleran terhadap bobot daripada rendemen, sehingga petani kurang termotivasi memperbaiki kualitas tebu.

Masalah lain muncul dari sisi perdagangan. Impor gula dan rafinasi terus meningkat mengikuti pertumbuhan penduduk dan industri makanan-minuman. Danang memperingatkan, kebocoran impor gula konsumsi dan jatuhnya harga tetes (produk sampingan tebu) ke kisaran Rp 1.000–1.500 per kilogram telah menekan pendapatan petani.

Ia menilai kebijakan proteksi dan pengawasan impor harus diperkuat. Pemerintah perlu meninjau kembali Permendag No. 16/2025 yang memberi relaksasi impor etanol dan turunannya karena berpotensi menekan pasar tetes domestik. P3GI juga mendorong pembentukan Badan Pengelola Perkebunan Gula (BPDP Gula) untuk mendukung riset, intensifikasi, dan hilirisasi industri gula nasional.

Danang menyebut akselerasi menuju swasembada tetap mungkin dicapai bila langkah perbaikan dijalankan secara terpadu. Deregulasi, revitalisasi off-farm, peningkatan kompetensi petani, serta optimalisasi pembiayaan seperti KUR bunga rendah harus digerakkan serempak.

Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman membeberkan strategi untuk mencapai swasembada gula nasional. Strategi tersebut difokuskan pada peningkatan produktivitas, efisiensi budidaya, pemberdayaan petani secara berkelanjutan, dan peningkatan pendapatan petani tebu.

“Kita fokus tebu, semoga dua hingga tiga tahun, paling lambat empat atau lima tahun, Indonesia bisa mulai meraih swasembada gula,” kata Amran saat panen dan tanam tebu di Kebun Lumajang 3 AFD, Desa Banter Barat, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Selasa (10/6/2025).

Mentan merinci enam strategi kunci yang akan dilakukan pemerintah secara komprehensif untuk mewujudkan swasembada gula nasional. Pertama, penguatan penyuluhan kepada petani; kedua, perbaikan sistem pengelolaan perkebunan tebu; ketiga, penyediaan sarana produksi termasuk kemudahan akses pupuk; keempat, pembangunan irigasi; kelima, pengelolaan tanah; dan keenam, penetapan harga yang menguntungkan petani.

Read Entire Article
Politics | | | |