PINEABLE Dorong Petani Kampung Nenas Wujudkan Eco-Business Berkelanjutan

1 hour ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, PALANGKA RAYA -- Pemberdayaan berbasis kelompok masyarakat di pedesaan terus digalakkan baik oleh pemerintah, swasta maupun pihak kampus.

Universitas Palangka Raya (UPR) menerjunkan tim dosen dan peneliti melakukan Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM), mengusung tajuk PINEABLE yaitu Program Kemitraan Masyarakat untuk Transformasi Limbah Nanas Menjadi Produk Berkelanjutan dalam Mendukung Eco-Business Kampung Nenas.

Tujuan lain program ini adalah meningkatkan nilai ekonomi hasil panen dan limbah nanas melalui pendekatan inovasi dan keberlanjutan lingkungan, sekaligus mendukung pengembangan model eco-business di tingkat masyarakat.

Dalam rilis yang diterima Republika, Kamis (11/12/2025), Ketua Tim Pelaksana, Dwi Hermayantiningsih, S.Si., M.Sc menyatakan, kegiatan tersebut diselenggarakan di Sekretariat Kelompok Tani Kampung Nenas, Kecamatan Sebangau, Kota Palangka Raya, dengan mitra utama Kelompok Tani Kampung Nenas.

Ia mengungkapkan program ini bagian dari skema pendanaan Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM), Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, dalam skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat, tahun 2025.

"Program PINEABLE yang berarti “Pineapple, Sustainable” bertujuan meningkatkan nilai ekonomi hasil panen dan limbah nanas melalui pendekatan inovasi dan keberlanjutan lingkungan," kata Dwi. Program ini sekaligus mendukung pengembangan model eco-business di tingkat masyarakat.

Ia menegaskan, kegiatan yang diinisiasi UPR tersebut merupakan bagian dari upaya nyata untuk membantu masyarakat mengembangkan inovasi berbasis potensi lokal.

Menurutnya, PINEABLE dirancang tidak hanya untuk memberikan keterampilan baru, tetapi juga untuk menumbuhkan semangat wirausaha dan kesadaran akan pentingnya pemanfaatan limbah pertanian secara berkelanjutan.

"Kami berharap, masyarakat Kampung Nenas dapat menjadi pelopor dalam pengembangan eco-business di Kalimantan Tengah," kata Dwi.

Rangkaian kegiatan tersebut diawali penyuluhan diversifikasi produk olahan nanas, yang membuka wawasan para petani terhadap potensi berbagai produk turunan. Fokus utama kemudian diberikan pada pemanfaatan limbah daun nanas.

Selama ini, tumpukan daun nanas yang melimpah pasca panen hanya dibiarkan membusuk atau dikeringkan untuk kemudian dibakar, menimbulkan masalah lingkungan tanpa memberikan nilai ekonomi.

Melalui penyuluhan dan demonstrasi pembuatan serat daun nanas menggunakan alat dekortikator, para petani diperkenalkan pada solusi nyata.

Teknologi sederhana ini tambah Dwi, mengubah limbah pertanian yang terabaikan menjadi serat alami bernilai tinggi. Selain itu teknologi ini menjadi solusi mengatasi masalah penumpukan limbah di perkebunan.

Serat nanas yang dihasilkan memiliki potensi aplikasi yang luas, antara lain sebagai bahan baku industri tekstil ramah lingkungan, bahan dasar produk biofoam, atau kerajinan tangan yang bernilai ekonomi.

Penyuluhan ini memperkenalkan langkah inovatif untuk menciptakan nilai tambah dari bagian tanaman yang biasanya terbuang.

Setelah sesi penyuluhan, kegiatan dilanjutkan dengan pelatihan langsung. Para anggota Kelompok Tani berpartisipasi aktif dalam praktik pengoperasian alat dekortikator untuk menghasilkan serat nanas.

Antusiasme peserta terlihat dari semangat mereka mengikuti setiap tahapan dan berdiskusi mengenai peluang pengembangan usaha berbasis serat nanas.

Salah satu perwakilan Kelompok Tani Kampung Nenas, Ibu Ayie, menyampaikan rasa terima kasih.

“Kami sangat terbantu dengan pelatihan ini. Selama ini, daun nanas hanya kami buang begitu saja. Sekarang kami tahu ternyata bisa diolah jadi produk bernilai seperti serat nanas. Harapan kami, petani di Kampung Nenas bisa terus berinovasi dan menghasilkan berbagai produk turunan nanas, bukan hanya buah segarnya saja,” ujarnya.

Perwakilan lainnya, Baim juga memberikan apresiasi.“Kami berterima kasih atas program ini dan bantuan alat dekortikator, sehingga kami bisa mewujudkan pembuatan serat daun nanas yang selama ini hanya dalam angan-angan. Semoga ke depannya kami bisa mengembangkan dan memproduksi berbagai produk berbasis serat nanas ini.”

Melalui kegiatan ini, masyarakat diharapkan dapat mengoptimalkan pemanfaatan seluruh bagian tanaman nanas, khususnya limbah daun, untuk mendukung ekonomi berkelanjutan.

Inovasi pengolahan serat nanas diharapkan menjadi langkah awal dalam menciptakan Kampung Nenas sebagai model eco-business di Kalimantan Tengah, yang meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.

Read Entire Article
Politics | | | |