Puasa dan Seruling Kosong

1 month ago 32
Situs Informasi Live Pagi Tepat Terbaru

Image Edu Sufistik

Agama | 2025-03-07 23:52:23

Catatan Ramadhan # 07

Oleh: Muhammad Syafi’ie el-Bantanie

(Founder Edu Sufistik)

Jika kita menghayati dan merenungi puasa, rasanya puasa itu ibadah yang unik. Ibadah-ibadah lain, seperti shalat, zakat, haji, terlihat jelas bentuknya berupa perkataan dan atau perbuatan. Berbeda dengan puasa. Puasa adalah ibadah dalam diam dan hening. Tidak terlihat bentuknya. Ia semacam laku batin, dalam ungkapan Bahasa Jawa.

Semakin kita mampu mengheningkan diri, semakin bernilai puasa kita. Bahkan, saat diteror dengan caci maki, kita diajarkan Rasulullah, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, untuk tidak membalas dan menjawab, “Sesungguhnya saya sedang puasa.”

Bayangkan puasa mengajarkan kita untuk menyelam ke dalam diri. Tidak terusik oleh faktor luar. Sekali kita terpantik membalas caci maki, maka tercemarilah nilai puasa kita. Manusia puasa harus bersih dari segala bentuk dorongan dan teror hawa nafsunya. Sampai pada puncaknya dia me-nol-kan dirinya. Fana, dalam Bahasa Tasawuf.

Dalam konteks inilah, Jalaluddin Rumi, dalam buku kumpulan puisinya Diwani Syams, mengumpamakan manusia puasa seperti seruling kosong. Semakin kosong seruling, semakin jernih dan merdu suaranya saat ditiup. Namun, jika seruling tersumbat kotoran, alih-alih menghasilkan suara merdu, bahkan bunyi suara pun tidak keluar.

Demikianlah, manusia puasa dituntut mengosongkan dirinya dari segala kotoran penyakit hati dan dorongan hawa nafsunya. Sehingga, dirinya menjadi kosong. Kemudian, rasakan Tuhan meniupkan ruh suci ke dalam jiwa (QS. 32: 9). Dengan demikian, kita menjadi refleksi dan manifestasi kebesaran dan keagungan Allah.

Jadilah kosong,

Lalu merataplah

Seperti indahnya ratapan bambu seruling

Yang ditiup pembuatnya.

Lebih kosong,

Jadilah bambu yang menjadi kalam,

Tulislah banyak rahasia-Nya.

(Penggalan bait puisi dari puisi panjang karya Jalaluddin Rumi)

Wallaahu a’lam

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Politics | | | |