REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam rentang sejarah dakwah Nabi Muhammad SAW, cukup banyak peristiwa penting yang terjadi ketika bulan Syawal. Kebanyakan merupakan peperangan, sedangkan sisanya, antara lain, pernikahan Rasulullah SAW dan kelahiran ilmuwan besar, Imam Bukhari.
Sedikitnya, ada enam medan jihad yang bertepatan dengan bulan Syawal sejak zaman Rasulullah SAW.
Pertama, Perang Uhud yang pecah pada 15 Syawal, yakni tiga tahun setelah hijrahnya Nabi SAW. Sebanyak 700 pasukan Muslim berhadapan dengan sekitar 3.000 pasukan musyrik.
Awalnya, umat Islam mendominasi jalannya pertempuran. Orang-orang musyrik terdesak sehingga meninggalkan harta benda yang mereka bawa.
Di sinilah sekelompok pasukan Muslim yang bertugas sebagai pemanah di puncak-puncak bukit lengah. Mereka lantas turun meskipun sebelumnya Rasulullah SAW telah berpesan agar mereka tetap bertahan, apa pun yang terjadi di tengah medan laga. Khalid bin Walid, yang waktu itu masih kafir, dan anak buahnya melihat celah untuk menyerang balik. Akhirnya, barisan Muslimin kocar-kacir.
Bahkan, Rasulullah SAW mengalami luka-luka yang cukup parah. Alquran surah Ali Imran ayat 121 turun berkenaan dengan peristiwa ini.
Kedua, Perang Bani Qainuqa yang terjadi pada Syawal tahun kedua hijrah. Kali ini, umat Islam Madinah menghadapi fitnah yang dilancarkan kaum Yahudi.
Lantaran kejahatan dan pengkhianatan kaum Yahudi itu sudah keterlaluan, Rasulullah memutuskan mengusir mereka dari Madinah. Beliau memimpin pasukan Muslim untuk menghalau mereka keluar.
Ketiga, Perang Bani Sulaim yang terjadi pada Syawal juga di tahun kedua hijrah. Lokasinya ada di Kudri. Saat itu, ada sekitar 200 orang pasukan Muslim yang berarak menuju Qarqarah al-Kadri. Rasulullah memimpin mereka dalam menghadapi Bani Sulaim dan Gathafan. Namun, musuh-musuh Islam itu pada akhirnya melarikan diri.
Keempat, Perang Khandaq yang berlangsung pada Syawal, lima tahun setelah hijrah. Ini merupakan kali pertama perang dengan strategi yang dicetuskan seorang Persia-Muslim, Salman al-Farisi. Di negerinya, kubu-kubu menciptakan parit yang dalam dan lebar guna menghalau pasukan musuh.
Rasulullah menyetujui ide ini setelah berunding dengan para sahabat, termasuk Salman. Bahkan, Rasulullah dengan tangannya sendiri ikut bersama-sama membangun parit pertahanan itu.
Total pasukan Muslim mencapai 3.000 orang, sedangkan pasukan sekutu kaum musyrik sebanyak seribu orang. Dalam perang ini, kubu musyrikin mengalami kekalahan karena diterjang angin puyuh setelah menunggu lama di luar parit.