REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Sekelompok 1.000 anggota dan mantan personel cadangan Angkatan Udara Israel pada Kamis (10/4) menyerukan pembebasan semua sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza. Meskipun hal itu berarti harus mengakhiri perang melawan kelompok Palestina, Hamas.
“Kelanjutan perang tidak lagi mendorong tercapainya tujuan-tujuan yang telah diumumkan dan justru akan menyebabkan kematian para sandera, tentara IDF (militer), dan warga sipil tak bersalah,” bunyi surat terbuka yang dipublikasikan oleh para mantan personel cadangan tersebut di sejumlah media Israel.
Surat itu menyerukan 'pemulangan segera' para sandera Israel dari Gaza, dan menyatakan bahwa perang yang sedang berlangsung kini hanya melayani kepentingan politik dan pribadi.
“Hanya melalui kesepakatan para sandera dapat dipulangkan dengan aman, sementara tekanan militer justru memperbesar risiko kematian sandera dan membahayakan keselamatan tentara kita,” tulis mereka, sambil menyerukan warga Israel untuk bergerak dan mengambil tindakan.
Mantan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel, Dan Halutz, termasuk salah satu penandatangan surat tersebut.
Pemimpin otoritas Israel, Benjamin Netanyahu, mengecam para penandatangan surat itu. “Mereka adalah kelompok ekstremis pinggiran yang kembali mencoba memecah belah masyarakat Israel dari dalam,” kata Netanyahu dalam pernyataannya.
Ia menuduh mereka memiliki satu tujuan, yaitu menjatuhkan pemerintahan. Mereka, kata Netanyahu, tidak mewakili tentara maupun rakyat.
Kepala pertahanan Israel, Israel Katz, menyatakan bahwa surat tersebut merusak 'legitimasi' perang di Gaza, dan mendesak pimpinan militer serta angkatan udara untuk menangani isu ini dengan cara paling tepat.
Menurut harian Haaretz, Kepala Angkatan Udara Israel memutuskan untuk memberhentikan para cadangan aktif yang menandatangani surat tersebut, namun tidak menyebutkan jumlahnya.
Sementara itu, hampir 150 perwira Angkatan Laut Israel menandatangani petisi yang mendesak pemerintahan Netanyahu untuk menghentikan perang di Gaza dan memastikan pembebasan para sandera yang masih ditahan di sana, sebagaimana dilaporkan oleh harian Yedioth Ahronoth.