Ahli bedah saraf Leopoldo Luque (tengah), yang dituduh atas kematian Diego Armando Maradona, menghadiri persidangan atas kematian mantan pemain sepak bola tersebut di pengadilan San Isidro di Buenos Aires, Argentina pada Maret lalu. (Ilustrasi)
REPUBLIKA.CO.ID, BUENOS AIRES -- Seorang ahli jantung di Klinik Olivos bersaksi pada Kamis (24/4/2025) bahwa Diego Maradona dianggap sebagai "pasien berisiko tinggi". Klinik Olivos merupakan tempat Maradona menjalani operasi beberapa hari sebelum kematiannya.
Pihak dokter klinik merekomendasikan agar mantan kapten tim nasional Argentina itu harus menjalani pemulihan di tempat mereka ketimbang dirawat di rumah pribadi.
"Ia pasien berisiko tinggi yang mengalami gejala putus zat dan membutuhkan perawatan yang signifikan," kata Kepala Kardiologi Klinik Olivos Sebastian Nani, saat bersaksi di pengadilan yang mengadili tujuh profesional perawatan kesehatan atas dugaan kelalaian yang menyebabkan matinya legenda sepak bola Argentina itu.
Maradona, yang memimpin Argentina meraih gelar Piala Dunia pada tahun 1986, meninggal pada 25 November 2020 saat menjalani perawatan di sebuah rumah di pinggiran Buenos Aire. Ia berpulang dalam usia 60 tahun, beberapa hari setelah menjalani operasi untuk hematoma yang terbentuk di antara tengkorak dan otaknya.
Pekan lalu, mantan istri Diego Maradona dan seorang dokter juga mempertanyakan keputusan untuk membawanya ke rumah pribadi setelah operasi alih-alih memasukkannya ke pusat rehabilitasi. Kekurangan dalam perawatan Maradona di rumah merupakan salah satu bukti utama jaksa penuntut terhadap para terdakwa.
Nani menyoroti perbedaan pendapat antara otoritas rumah sakit dan dua terdakwa yang dekat dengan Maradona, yakni ahli bedah saraf Leopoldo Luque dan psikiater Agustina Cosachov. Keduanya mengusulkan rawat inap untuk Maradona di rumah pribadi di Kota Tigre, hampir 40 kilometer dari ibu kota.
Ahli jantung tersebut menegaskan bahwa di luar klinik, "tanggung jawab Maradona sepenuhnya berada di tangan Luque."
Luque adalah dokter pribadi Maradona selama empat tahun terakhir hidupnya sementara Cosachov meresepkan obat yang diminum Maradona hingga saat kematiannya.
Selain Luque dan Cosachov, psikolog Carlos Díaz, dokter Nancy Forlini dan Pedro Di Spagna, Mariano Perroni sebagai perwakilan perusahaan yang menyediakan layanan keperawatan, dan perawat Ricardo Almiron juga diadili.
sumber : AP