Sektor Swasta Diminta Berperan Aktif dalam Pendanaan Iklim

4 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Direktur Eksekutif Climate Policy Initiative Tiza Mafira menyoroti lambatnya aliran dana swasta untuk mitigasi iklim. Swasta harus lebih berperan dalam pendanaan mengingat dunia sudah melampaui batas aman kenaikan suhu 1,5 derajat Celsius sebagaimana yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris.

Pada 2024, kenaikan suhu global sudah mencapai 1,55 derajat Celsius. “Ini bukan sekadar masalah lingkungan, melainkan beban finansial terukur,” kata dia dalam diskusi Kesiapan Dana Swasta Indonesia dalam Pembiayaan Iklim, Jumat (25/4/2025).

Menurut Tiza, membendung kenaikan suhu di atas 1,5 derajat Celsius jauh lebih murah daripada menanggung kerugian akibat bencana iklim. Namun, kontribusi sektor swasta baru 15 persen dari kebutuhan pendanaan, sedangkan APBN menanggung hampir dua kali lipatnya.

Dana hibah asing pun mandek. Dari total komitmen 2 miliar dolar AS sejak 2006, baru 43 persen yang terealisasi,” katanya.

“Kita tidak bisa terlalu berharap pada dana hibah asing karena tren pendanaan internasional diperkirakan akan menurun akibat prioritas anggaran negara maju bergeser,” kata Tiza.

Ia mengajak pemerintah dan pelaku pasar dalam negeri untuk meningkatkan peran serta sektor swasta dalam pembiayaan hijau sebagai kunci keberhasilan mitigasi perubahan iklim di Indonesia. “Tren investasi hijau memang meningkat dan ada potensi besar yang bisa dibuka,” tambahnya.

Tiza juga menyoroti pentingnya penerapan kebijakan fiskal seperti pajak karbon sebagai instrumen internalisasi biaya eksternalitas industri fosil agar memberikan insentif bagi industri rendah karbon. Menurutnya,pajak karbon merupakan solusi strategis sekaligus sumber penerimaan negara tambahan yang layak dipertimbangkan pemerintah saat ini.

Selain itu, menggarisbawahi perkembangan positif indeks ESG (Environmental, Social and Governance) di pasar saham Indonesia maupun global yang menunjukkan kinerja lebih baik dibanding indeks konvensional. Hal ini membuktikan bahwa perusahaan dengan praktik bisnis berkelanjutan memiliki daya tarik investasi tinggi sekaligus mampu mengelola risiko lingkungan dan sosial secara efektif.

“Tantangan berikutnya adalah memperbanyak proyek-proyek hijau agar sektor keuangan semakin terdorong berinvestasi,” ujarnya.

Read Entire Article
Politics | | | |