REPUBLIKA.CO.ID, SUMBAWA – Yayasan Peduli Anak membangun Pusat Kesejahteraan di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Saat ini, pembangunannya telah mencapai 95 persen dan siap menampung 300 anak yang berasal dari keluarga pra-sejahtera dan terlantar di wilayah tersebut.
Proyek ini berdiri di atas lahan seluas 2,2 hektare dan mengusung konsep “desa anak” yang mandiri dan menyeluruh.
Fasilitas utama mencakup 12 rumah berkonsep keluarga, masing-masing dihuni seorang “ibu asuh” terlatih untuk menciptakan suasana hangat seperti di rumah.
Selain itu, tersedia ruang kelas untuk SD dan SMP, klinik kesehatan dengan tenaga medis dasar, masjid, sport center, dapur pusat yang mampu menyiapkan 900 porsi makanan sehari, lapangan olahraga, serta kebun organik yang memasok buah dan sayuran segar.
Pendiri Yayasan Peduli Anak Chaim Joel Fetter menceritakan, inspirasi proyek ini bermula dari pertemuannya dengan seorang anak jalanan di Lombok pada 2004. “Saya pernah tinggal di panti asuhan, sehingga tahu betul bagaimana rasanya kekurangan tempat yang aman dan penuh kasih. Kini, kami membangun desa bagi anak-anak agar mereka bisa tumbuh dengan perlindungan, pendidikan, dan kasih sayang,” ujar Fetter dalam keterangan tertulis, Jumat (24/4/2025).
Meski struktur bangunan dan infrastruktur pendukung sudah siap, Fetter menegaskan masih ada kekurangan perabot dasar, seperti ranjang susun, lemari pakaian, meja belajar, dan tempat duduk. Tanpa perabot tersebut, 150 anak yang sudah dirujuk belum dapat menempati rumah keluarga, sedangkan 150 anak lain akan menggunakan fasilitas ini sebagai sekolah harian.
Di antara calon penghuni adalah Obi (13), yang terpaksa putus sekolah setelah kehilangan ayah dan kini bekerja di bengkel kaca tanpa alat pelindung, serta Ray (11), yatim piatu yang tidur di gubuk reot sambil mengais sisa makanan tetangga. “Mereka sudah menunggu kesempatan untuk kembali belajar dan bermain dalam lingkungan yang aman,” kata Fetter.
Untuk menutup kebutuhan furnitur, Yayasan Peduli Anak menargetkan penggalangan dana sebesar Rp 500 juta.
Sejumlah perusahaan besar—termasuk ING Bank, Bayan Resources, TOTO, Signify, Broco, Avian Paints, Simu, dan Häfele, telah memberikan dukungan berupa material bangunan, donasi meja belajar, hingga pendanaan operasional.
Proyek ini juga dapat menggerakkan ekonomi lokal karena mempekerjakan staf dari desa sekitar, membeli hasil panen petani setempat, dan memberdayakan pengrajin lokal untuk membuat mebel. Dengan peresmian yang direncanakan pada pertengahan 2025, Pusat Kesejahteraan Anak di Sumbawa diharapkan menjadi model nasional yang dapat direplikasi di daerah-daerah lain.
“Bangunannya sudah berdiri kokoh. Sekarang yang kami butuhkan hanyalah satu langkah kecil, yaitu furnitur untuk mewujudkan masa depan layak bagi 300 anak,” kata Fetter.