Soal Angka Kemiskinan Bank Dunia Terbaru dan Badan Pusat Statistik (BPS), Mana yang Lebih 'Miskin'?

5 hours ago 4

Oleh : Awalil Rizky, Ekonom Bright Institute

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belum reda perbincangan tentang publikasi Bank Dunia tentang kemiskinan sejak April lalu, telah dipublikasi ukuran terkini. Pada publikasi “Macro Poverty Outlook” disebut tingkat kemiskinan Indonesia menurut salah satu ukurannya mencapai 60,3 persen pada tahun 2024. Sedangkan dalam ukuran terkini bahkan mencapai 68,25 persen.

Perhitungan Bank Dunia sebenarnya memakai data hasil Susenas dari Badan Pusat Statistik (BPS) terutama kondisi Maret. Padahal, BPS menyebut tingkat kemiskinan hanya 9,03 persen pada Maret 2024.

Jumlah penduduk miskin saat itu menurut BPS sebanyak 25,22 juta orang, dengan prakiraan jumlah penduduk sebanyak 279,29 juta orang. Dalam ukuran Bank Dunia sebesar 60,3 persen berarti sebanyak 168,41 juta orang. Sedangkan yang sebesar 68,3 persen atau 190,75 juta orang.

Standar kemiskinan tersebut merupakan ukuran Bank Dunia untuk kelompok negara berpendapatan menengah atas. Pada awal Juni 2025, Bank Dunia mengubah batas dari sebesar 6,85 dolar AS menjadi 8,3 dolar AS per orang per hari. Perubahan tahun dasar perhitungan kurs daya beli atau purchasing power parity (PPP) dari tahun 2017 menjadi 2021.

Tujuan Perhitungan Angka Kemiskinan Bank Dunia

Bank Dunia menjelaskan misi utamanya adalah menciptakan dunia yang bebas dari kemiskinan di planet yang layak huni. Mengukur kemiskinan secara berkala menggunakan data yang relevan dan tepat waktu dianggap sangat penting untuk memonitor kemajuan menuju tujuan tersebut.

Ukuran atau garis kemiskinan itu dirancang untuk membandingkan negara-negara dengan standar global dan memantau kemajuan di seluruh dunia dalam pengentasan kemiskinan. Ukuran direvisi secara berkala agar mencerminkan kondisi global.

Sejak 1990 sampai dengan 2016, Bank Dunia hanya memakai satu ukuran, yaitu garis kemiskinan internasional. Di kemudian hari dikenal pula sebagai garis kemiskinan ekstrem, yang juga beberapa kali dimutakhirkan. Yaitu: sejak 1990 memakai 1,00 dolar AS (1985 PPP), sejak 2001 memakai 1,08 dolar AS (1993 PPP), sejak 2008 memakai 1,25 dolar AS (2005 PPP), dan sejak 2015 memakai 1,90 dolar AS (2011 PPP).

Bank Dunia kemudian merasa perlu memakai tiga ukuran untuk membandingkan kondisi berbagai negara, yaitu garis kemiskinan internasional, garis kemiskinan negara berpendapatan menengah bawah, dan garis kemiskinan negara berpendapatan menengah atas. Pertama kali dilakukan pada tahun 2017 dengan tahun dasar 2011 PPP. Ukurannya pun beberapa kali dimutakhirkan.

Konsep PPP bermaksud mengatasi kesulitan terdapatnya harga barang dan jasa berbeda di antara berbagai negara. PPP atau paritas daya beli memungkinkan perbandingan nilai riil uang. Merupakan kurs dengan penyesuaian perbedaan biaya hidup dan tingkat harga masing-masing negara.

Dengan demikian kurs PPP jauh berbeda dengan kurs transaksi atau pasar. Ada pula perbedaan kurs karena tahun dasar PPP yang berbeda, misal 2011, 2017 dan 2021. Kurs tiap tahun untuk masing-masing negara juga disesuaikan.

Pada awal Juni 2025, Bank Dunia memublikasi ukuran kemiskinan terbaru dengan tahun dasar 2021 PPP, mengganti ukuran sebelumnya yang memakai 2017 PPP sejak tahun 2022. Garis kemiskinan internasional, diubah dari 2,15 dolar AS menjadi 3 dolar AS; garis kemiskinan negara berpendapatan menengah bawah, diubah dari 3,65 dolar AS menjadi 4,20 dolar AS; dan garis kemiskinan negara berpendapatan menengah atas, diubah dari 6,85 dolar ASmenjadi 8,20 dolar AS.

Indonesia termasuk yang disajikan menurut tiga kategori, karena sudah masuk kelompok negara berpendapatan menengah atas. Dalam ukuran kategori ini mencapai 68,30 persen dari sebelumnya sebesar 60,03 persen pada 2024.

Dalam ukuran garis kemiskinan kelompok negara berpendapatan menengah bawah sebesar 19,99 persen, dari sebelumnya sebesar 15,6 persen. Sedangkan dalam ukuran garis kemiskinan internasional masih sebesar 5,4 persen, dari sebelumnya yang hanya sebesar 1,3 persen.

Seperti telah dijelaskan, kurs PPP jauh berbeda dengan kurs transaksi atau pasar. Pada ukuran terkini Bank Dunia, nilai kurs 1 dolar AS sekitar R p6.071 pada 2024. Dengan demikian, ukuran garis kemiskinan internasional Indonesia sebesar Rp 18.213 per orang per hari atau sekitar Rp 546.400 per bulan.

Dalam ukuran garis kemiskinan Negara Berpendapatan Menengah Bawah sebesar Rp 25.498 per orang per hari atau sekitar Rp 765.000 per bulan. ukuran Negara Berpendapatan Menengah Bawah sebesar Rp 50.389 per orang per hari atau sekitar Rp 1.512.000 per bulan.

Sementara itu Garis Kemiskinan nasional BPS pada Mei 2024 sebesar Rp 582.932 per orang per bulan. Meningkat menjadi Rp 595.242 pada September 2024. Namun dengan asumsi Bank Dunia memakai data Susenas yang lebih lengkap tiap tahunnya, maka perbandingan sebaiknya dengan kondisi Maret.

Dari data-data di atas, tampak bahwa ukuran BPS lebih dekat dengan kemiskinan internasional atau kemiskinan ekstrem. Padahal, Indonesia telah termasuk negara berpendapatan menengah atas. Jika dianggap baru termasuk sejak 2022, maka ukuran BPS sekurangnya setara ukuran kelompok negara berpendapatan menengah bawah.

Hal lain yang terlihat adalah banyaknya orang yang hidup di sekitar garis kemiskinan BPS, namun tidak tergolong miskin karena sedikit di atasnya. Berdasar ukuran BPS yang Rp 582.932 sebesar 9,03 persen dan dengan ukuran negara menengah bawah Bank Dunia yang Rp 765.000 langsung melonjak lebih dari dua kali lipat menjadi 19,99 persen.

Read Entire Article
Politics | | | |