
ShippingCargo.co.id, Jakarta — Otoritas Terusan Suez (Suez Canal Authority/SCA) resmi mengumumkan kebijakan diskon 15% untuk biaya transit bagi kapal kontainer bertonase kotor minimal 130.000 metrik ton. Langkah ini akan mulai berlaku 15 Mei selama 90 hari, dan berlaku untuk kapal penuh maupun kosong.
Kebijakan ini ditujukan untuk menghidupkan kembali arus perdagangan internasional melalui rute penting tersebut, setelah sempat terganggu akibat serangkaian serangan militan Houthi di Laut Merah dan Selat Bab Al-Mandab. Diskon ini juga diharapkan dapat membantu operator pelayaran dalam menanggung lonjakan premi asuransi yang signifikan selama zona ini dikategorikan sebagai wilayah berisiko tinggi.
“Ini bukan hanya soal diskon. Ini adalah sinyal bahwa Terusan Suez kembali terbuka, aman, dan kompetitif,” ujar sumber pelayaran regional.
Lantas, mengapa ini penting bagi Indonesia? Sebagai negara kepulauan yang bergantung pada jalur pelayaran global, Indonesia memiliki banyak koneksi dagang dengan Eropa, Timur Tengah, dan Afrika yang bergantung pada akses melalui Terusan Suez.
Dengan tarif transit yang kini lebih terjangkau, pelaku logistik Indonesia, terutama untuk rute Asia-Eropa, bisa kembali mengoptimalkan rute via Suez ketimbang memutar ke Cape of Good Hope (Tanjung Harapan)— yang jelas lebih mahal dan memakan waktu.
Terusan Suez merupakan salah satu jalur pelayaran tersibuk dunia, dan juga jalur utama bagi kapal-kapal kontainer Indonesia yang membawa komoditas seperti minyak kelapa sawit, tekstil, dan barang elektronik ke Eropa atau sebaliknya,
Pendapatan Terusan Suez sendiri anjlok dari $2,4 miliar pada kuartal akhir 2023 menjadi hanya $880,9 juta, akibat ketegangan geopolitik di Laut Merah, per Reuters. Serangan terhadap kapal-kapal internasional oleh kelompok Houthi, yang mengklaim dukungan terhadap Palestina, menyebabkan banyak operator pelayaran mengalihkan rute mereka demi menghindari risiko.
Namun, pasca kesepakatan gencatan senjata antara AS dan Houthi yang dimediasi Oman, ketegangan mulai mereda. Meski demikian, kesepakatan ini tidak mencakup Israel, sehingga risiko tetap ada bagi kapal dengan tujuan atau keterkaitan komersial ke sana.
Kebijakan diskon ini dipandang sebagai upaya proaktif SCA untuk mengembalikan daya tarik rute Laut Merah, sekaligus menopang perekonomian Mesir yang sangat bergantung pada pendapatan kanal tersebut. Bagi operator kapal, termasuk dari Indonesia, ini memberi insentif kuat untuk kembali ke rute tradisional dan meningkatkan efisiensi.
Bila situasi keamanan terus membaik, ada kemungkinan biaya logistik internasional akan menurun, dan distribusi global bisa kembali normal, memberikan dorongan penting bagi rantai pasok maritim dunia — termasuk Indonesia.