REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Aktivis pembela Palestina dari berbagai negara melaksanakan “historical walk” alias napak tilas Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada Ahad (25/5/2025). Mereka berniat mengingatkan soal janji konferensi tersebut yang belum terwujud, yakni kemerdekaan Palestina.
Aksi ini dilaksanakan oleh Koalisi Perempuan Indonesia Peduli Al-Aqsha bekerjasama dengan berbagai lembaga kemanusiaan aktivis pro-Palestina. Ia adalah rangkaian dari Konferensi Aktivis Palestina Asia-Pasifik untuk al Quds dan Palestina yang dilansungkan pada Ahad ini hingga Senin.
Delegasi untuk acara itu datang dari luar negeri seperti dari Malaysia, Thailand, Filipina, Maladewa, Mesir, Maroko, dan tentunya Palestina. Mereka mengenang bagaimana Semangat Bandung 70 tahun lalu memerjuangkan kemerdekaan bagi semua jajahan kolonial, termasuk Palestina.
Rombongan tersebut bergerak dari Hotel Savoy Homann di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung. Hotel itu pada 1955 adalah lokasi menginap para tokoh-tokoh antikolonialisme.
Pada bagian depan rombongan, berjalan delegasi dari Malaysia, kemudian Filipina, Maladewa, dan Thailand. Mendengarkan paparan soal sejarah napak tilas tersebut, mereka mengatakan terkesan dan terlihat antusias.
Dari hotel tersebut, rombongan yang jumlahnya lebih dari 100 orang itu bergerak ke Gedung Merdeka alias Museum Konferensi Asia-Afrika. Sepanjang jalan, kerap kali rombongan di sapa dengan teriakan “Free, Free Palestine!” dari Bobotoh yang tengah melakukan konvoi merayakan keberhasilan Persib Bandung menjuarai Liga 1.
Di Gedung Merdeka, dulu para tokoh-tokoh antikolonialisme berembug untuk menghasilkan Dasa Sila Bandung yang jadi landasan gerakan antikolonialisme dan antirasisme sedunia. Sebanyak 29 kepala negara dan pejuang kemerdekaan mewakili lebih dari dua per tiga total penduduk dunia hadir dalam pertemuan bersejarah.
Konferensi ini yang pertama kali berhasil menghimpun seluruh kekuatan di AA. Sebagian besar negara tersebut masih dalam cengkeraman penjajah.
Konferensi Asia Afrika dihadiri 1.500 anggota delegasi dan peninjau. Selain itu, ada 500 wartawan dalam dan luar negeri. Hadir sebagai peninjau Mufti Besar Palestina Amin El-Husaini.
Nurjanah Hulwani, Ketua Koalisi Global Perempuan untuk Al-Quds dan Palestina (GWCQP) menekankan bahwa Semangat Bandung yang digaungkan saat itu adalah untuk mendukung kemerdekaan semua negara yang dijajah. “Dan kita tahu di antara anggota Asia-Afrika itu diantaranya adalah Palestina yang belum merdeka,” ujarnya saat ditemui Republika di Bandung.
Ia menginginkan acara ini jadi penggugah bangkitnya semua pihak yang memiliki hati nurani dan kemanusiaan untuk menyuarakan dihentikannya genosida dan agresi di Gaza. “Jadi kita ingin mengingatkan ada PR yang belum terwujud sampai saat ini”.
Rabab Awab, Sekretaris Jenderal GWCQP yang juga mengikuti napak tilas menyatakan terkesan dengan sejarah pembelaan Indonesia terhadap Palestina dalam pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika. Ia menyatakan hal bersejarah tersebut adalah bukti kedekatan Indonesia dengan negaranya. “Sebagai orang Gaza, sebagai seorang perempuan Palestina, saya sangat mengapresiasi peran historis Indonesia ini, bagaimana mereka sudah mendukung kami sejak dulu kala,” ujarnya.