REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Serangan Israel ke Iran pada Jumat pekan lalu memicu gelombang kejut ke seantero dunia, termasuk negara-negara mayoritas Muslim. Seruan solidarits telah meluncur dari para pemimpin negara Muslim tersebut.
Tanpa serangan Israel, hal ini sukar dibayangkan terjadi, terlebih mengingat dinamika satu dekade belakangan. Kala itu, Timur Tengah berada di persimpangan menuju perpecahan yang tajam. Saudi beserta sekutu melancarkan serangan ke Yaman untuk menggulingkan pemberontakan Houthi yang didukung Iran. Kepentingan-kepentingan yang berseberangan juga bersirobok di perang sipil Suriah. Qatar sempat diboikot sejumlah negara-negara Arab.
Namun dua tahun belakangan kondisinya agak lain. Riyadh kini meiliki hubungan yang lebih bersahabat dengan Iran, utamanya setelah Cina memakcomblangi kesepakatan damai antara kedua negara pada 2023. Iran juga telah memperbaiki hubungan dengan negara-negara Teluk lainnya, sementara negara-negara Teluk juga meningkatkan hubungan internal mereka sendiri. Qatar saat ini rukun dengan Riyadh. Selain itu, Iran juga telah melakukan sosialisasi ke Mesir.
Bagaimana dampak serangan Israel ke Iran terhadap dinamika tersebut? Patus dicatat, Arab Saudi adalah negara pertama yang mengutuk serangan Israel terhadap Iran pada Jumat, menurut Arab News. Kerajaan Saudi juga menjanjikan perlindungan bagi para jamaah haji Iran yang sedang berada di Tanah Suci.
"Kerajaan Arab Saudi menyampaikan kecaman keras dan kecaman atas agresi terang-terangan Israel terhadap Republik Islam Iran, yang melemahkan kedaulatan dan keamanannya dan merupakan pelanggaran nyata terhadap hukum dan norma internasional,” kata Kementerian Luar Negeri Saudi dalam sebuah pernyataan pada Jumat.
Sehari setelahnya, Putra Mahkota Saudi Muhammad bin Salman (MBS) mengutuk keras serangan Israel dalam panggilan telepon dengan Presiden Iran Masoud Pezeshkian pada Sabtu malam. “Arab Saudi berdiri bersama saudara-saudaranya di Iran dan tidak akan menyia-nyiakan upaya untuk mendukung mereka,” kata MBS dikutip Almayadeen. Ia menekankan bahwa “seluruh dunia Islam bersatu dalam mendukung Iran.”
Putra Mahkota Saudi menekankan bahwa Riyadh menggunakan semua saluran diplomatik untuk menekan agar agresi Israel diakhiri. Ia memperingatkan bahwa tindakan Israel bertujuan untuk meningkatkan ketegangan dan menciptakan dalih untuk intervensi AS. “Respon yang bijaksana dan terukur dari Republik Islam Iran,” katanya, “akan mencegah mereka memanfaatkan peluang tersebut.”
Qatar dan UEA termasuk dalam daftar panjang negara yang mengecam serangan tersebut. “Negara Qatar menyampaikan kecaman dan kecaman kerasnya atas agresi Israel yang menargetkan wilayah Republik Islam Iran,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Qatar.
Abu Dhabi juga mengutuk serangan tersebut, begitu pula Mesir. Kairo mengatakan pihaknya mengkhawatirkan “dampak yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap keamanan dan stabilitas Timur Tengah,” dan mencatat bahwa “serangan-serangan ini mewakili eskalasi regional yang terang-terangan dan sangat berbahaya, pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional dan Piagam PBB, dan ancaman langsung terhadap perdamaian dan keamanan regional dan internasional.”
Di luar regional itu, Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif pada Sabtu mendesak komunitas internasional dan PBB untuk mengambil “langkah mendesak dan kredibel” untuk mengakhiri serangan Israel di Iran. Melalui panggilan telepon dengan Presiden Iran Masoud Pezeshkian, Sharif mengatakan Pakistan berdiri dalam “solidaritas yang tegas” terhadap rakyat dan pemerintah Iran.
“Perdana Menteri mengecam provokasi dan petualangan Israel yang terang-terangan sebagai ancaman besar terhadap perdamaian dan stabilitas regional dan global,” kata pernyataan yang dikeluarkan oleh kantornya setelah panggilan telepon tersebut. “Mendesak masyarakat internasional dan PBB untuk mengambil langkah-langkah mendesak dan kredibel untuk mengakhiri perilaku agresif dan tindakan ilegal Israel,” tambahnya.