Bank Indonesia (BI) memperkirakan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), masih akan menurunkan suku bunga acuan dua kali lagi hingga awal 2026. (ilustrasi)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memperkirakan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), masih akan menurunkan suku bunga acuan dua kali lagi hingga awal 2026. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyebut langkah itu dipicu oleh prospek ekonomi AS yang masih lemah.
“Untuk Fed Funds Rate setelah penurunan terakhir bulan lalu, kami masih perkirakan satu kali lagi FFR akan turun di tahun 2025 dan di kuartal I 2026. Memang dari pasar memperkirakan dua kali lagi tahun ini (2025) dan satu kali tahun 2026, tetapi kami perkirakan satu kali tahun ini dan satu kali tahun depan,” ujar Perry dalam paparan hasil Rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Gedung Thamrin, Jakarta, Senin (3/11/2025).
Tidak ada kode iklan yang tersedia.Sebelumnya, dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 28–29 Oktober 2025, The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 3,75–4 persen. Keputusan itu diambil dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi yang masih lesu dan perlunya menyeimbangkan risiko pertumbuhan.
Perry menjelaskan, arah kebijakan The Fed berpotensi memengaruhi langkah bank sentral di negara lain, termasuk Indonesia. Karena itu, BI membuka peluang untuk kembali menurunkan suku bunga acuan BI-Rate sesuai kondisi ekonomi dalam negeri.
“Kami sudah sampaikan bahwa ada ruang penurunan BI-Rate ke depan. Mengenai waktu dan besarnya, yang kami pertimbangkan adalah seberapa besar inflasi ke depan dan ruang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” tutur Perry.
Sejak September 2024 hingga September 2025, BI telah menurunkan suku bunga acuan sebanyak enam kali dengan total 150 basis poin. Kebijakan tersebut ditempuh untuk menjaga pertumbuhan ekonomi sekaligus memastikan stabilitas nilai tukar rupiah tetap terkendali.
Menurut Perry, penurunan BI-Rate sudah mulai berdampak positif pada sektor keuangan dan kredit perbankan. “Bagaimana penurunan BI-Rate diikuti penurunan deposito dan lending. Bagaimana kelonggaran ekspansi moneter dan makroprudensial, termasuk tambahan dana Rp200 triliun dari pemerintah untuk mendorong kredit dan pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.
Ia menegaskan, kombinasi pelonggaran moneter dan dukungan fiskal menjadi kunci menjaga daya tahan ekonomi di tengah ketidakpastian global. BI berkomitmen menempuh kebijakan yang seimbang agar inflasi tetap terjaga dan stabilitas keuangan nasional terus terpelihara.

                        6 hours ago
                                3
                    










































