Karyawan memantau layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), SCBD, Jakarta Selatan, Selasa (8/4/2025).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (21/5/2025) sore WIB, ditutup menguat. Hal itu seiring keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada Selasa (20/5/2025) dan Rabu (21/5/2025), menurunkan tingkat suku bunga acuannya.
IHSG ditutup menguat 47,86 poin atau 0,67 persen ke posisi 7.142,46. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 9,61 poin atau 1,20 persen ke posisi 812,16.
"Bursa regional Asia bergerak variatif yang tampaknya dipengaruhi oleh sejumlah sentimen. Pemangkasan suku bunga yang dilakukan oleh bank sentral China disambut positif oleh pasar namun tetap mencermati perkembangan akan prospek ekonomi dan fiskal Amerika Serikat (AS) pasca Presiden AS Donald Trump gagal meyakinkan para pendukung Partai Republik untuk mendukung rancangan undang-undang pajaknya yang luas," ujar Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus di Jakarta, Rabu.
Dari dalam negeri, BI memutuskan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis point (bps) menjadi berada pada level 5,5 persen. Suku bunga deposit facility turun sebesar 25 bps menjadi berada pada level 4,75 persen. Begitu pula suku bunga lending facility yang diputuskan turun sebesar 25 bps menjadi pada level 6,25 persen.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menginformasikan, pada April 2025, realisasi APBN mengalami surplus anggaran sebesar Rp 4,3 triliun. Angka itu setara dengan 0,2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), setelah sebelumnya mengalami defisit dari Januari hingga Maret 2025.
Hingga April 2025, kinerja APBN menunjukkan hasil yang positif, dengan pendapatan negara mencapai Rp 810,5 triliun atau 27 persen dari target APBN. Tentunya ini akan dapat membantu menjaga stabilitas ekonomi dengan mengurangi ketergantungan pada utang dan meningkatkan kepercayaan pasar.
Dari mancanegara, pejabat The Fed pada Rabu, menggandakan kekhawatiran mereka tentang dampak kebijakan perdagangan pemerintahan Donald Trump terhadap ekonomi, dengan Presiden Fed St. Louis Alberto Musalem memperingatkan tentang melemahnya pasar tenaga kerja dan kenaikan harga. Sementara Presiden The Fed Cleveland Beth Hammack memperingatkan tentang potensi stagflasi.