REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Setidaknya 60 warga Palestina syahid dan ratusan lainnya luka-luka, banyak di antaranya kritis, pada Selasa pagi setelah pasukan Israel melepaskan tembakan ke arah kerumunan yang menunggu bantuan kemanusiaan di Khan Younis, Jalur Gaza selatan. Ini salah satu pembantaian terkeji di lokasi penyaluran bantuan skema AS dan Israel tersebut.
Merujuk kantor berita WAFA, sumber-sumber medis mengkonfirmasi peningkatan jumlah kematian dan menggambarkan kepadatan yang parah di ruang gawat darurat, unit perawatan intensif, dan ruang operasi. Tim medis dilaporkan kesulitan untuk mengobati gelombang besar korban akibat terbatasnya persediaan obat-obatan dan peralatan penyelamat jiwa.
Para saksi mengatakan pasukan Israel melepaskan tembakan ke arah kerumunan orang yang mencari makanan. "Puluhan ribu warga sipil yang kelaparan berkumpul untuk meminta bantuan. Dua peluru Israel dijatuhkan di tengah kerumunan. Puluhan warga sipil, termasuk anak-anak, terbunuh, dan tidak ada yang bisa membantu atau menyelamatkan nyawa," Saeed Abu Liba, 38, yang selamat, mengatakan kepada Aljazeera. “Semoga Tuhan menghukum Israel atas kejahatan mereka.”
Yousef Nofal, saksi lainnya, mengatakan dia melihat banyak orang tak bergerak dan berlumuran darah di tanah. “Itu adalah pembantaian,” katanya, seraya menambahkan bahwa tentara Israel terus menembaki orang-orang ketika mereka meninggalkan daerah tersebut.
Mohammed Abu Qeshfa mengatakan dia mendengar ledakan keras yang diikuti oleh tembakan keras dan tembakan tank. “Saya selamat karena keajaiban,” katanya.
Juru bicara Pertahanan Sipil Gaza Mahmud Bassal mengatakan lebih dari 200 orang terluka ketika ribuan warga Palestina berkumpul untuk menerima tepung. "Pesawat tak berawak Israel menembaki warga. Beberapa menit kemudian, tank Israel menembakkan beberapa peluru ke arah warga, yang menyebabkan banyak orang menjadi syahid dan terluka," ujarnya.
Pasukan Israel juga menembaki orang-orang yang mencari bantuan makanan di dekat daerah al-Akwa sebelah barat Rafah,
Sejak 2 Maret, Gaza berada di bawah blokade total, Israel menutup semua penyeberangan perbatasan dan mencegah masuknya makanan, obat-obatan, dan bahan bakar. Bencana kemanusiaan yang diakibatkannya digambarkan oleh badan-badan internasional sebagai bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Selama beberapa minggu terakhir, pasukan Israel telah berulang kali menyerang titik distribusi bantuan di Rafah dan Gaza tengah. Menurut para pejabat PBB, tindakan-tindakan ini adalah bagian dari apa yang tampaknya merupakan kampanye sistematis mengenai pemindahan paksa – sebuah strategi yang sejalan dengan tuduhan yang lebih luas mengenai pembersihan etnis.
Sejak penerapan mekanisme distribusi bantuan pada tanggal 27 Mei, lebih dari 300 warga Palestina telah terbunuh ketika mencoba mengakses bantuan kemanusiaan. Puluhan lainnya terluka.
Banyak dari serangan tersebut dilaporkan menargetkan lokasi distribusi yang dioperasikan oleh “Gaza Relief Foundation” yang kontroversial, sebuah organisasi gabungan Israel-Amerika yang ditolak oleh PBB. Pusat-pusat ini secara efektif telah menjadi jebakan maut, karena warga sipil terpaksa mempertaruhkan nyawa mereka demi kelangsungan hidup, seringkali dalam kondisi yang merendahkan martabat.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel telah melancarkan perang genosida di Gaza, termasuk pembunuhan, kelaparan, penghancuran, dan pengungsian secara luas, mengabaikan seruan internasional dan perintah mengikat Mahkamah Internasional.
Agresi yang sedang berlangsung sejauh ini telah mengakibatkan lebih dari 184.000 korban jiwa – tewas dan terluka – sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan perempuan. Lebih dari 11.000 orang masih hilang di bawah reruntuhan.