BSMI Soroti Minimnya Partisipasi Indonesia dalam Global March to Gaza 2025

7 hours ago 4

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI), Muhammad Rudi menyoroti minimnya partisipasi dari Indonesia dalam aksi solidaritas internasional Global March to Gaza 2025. Menurut dia, sejumlah faktor turut memengaruhi rendahnya keterlibatan dari lembaga maupun relawan kemanusiaan asal Indonesia.

Menurut Rudi, minimnya partisipasi dari Indonesia dalam Global March to Gaza kemungkinan karena NGO di Indonesia kurang mendapatkan informasi terkait acara tersebut, di samping karena ada kendala logistik dan keamanan. 

"Atau bisa juga dianggap tidak menjadi prioritas karena tekanan politik dan masyarakat tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebrutalan zionis Israel melakukan genosida di Palestina," ujar Rudi kepada Republika.co.id, Ahad (16/6/2025).

Dia menjelaskan, BSMI sendiri tidak menerima informasi resmi atau undangan mengenai penyelenggaraan Global March to Gaza tahun ini. Selain itu, sejumlah kendala juga disebut menjadi hambatan keterlibatan masyarakat Indonesia.

Beberapa kendala yang membuat relawan atau masyarakat Indonesia tidak bisa berpartisipasi aktif dalam aksi global ini adalah kurang atau terlambatnya informasi tentang acara, sulit mendapat visa, keamanan kurang terjamin, dan adanya prioritas bantuan langsung ke korban genosida di Gaza berupa kebutuhan dasar berupa makanan, air bersih, dan sebagainya.

Meski tidak bisa hadir secara fisik dalam aksi tersebut, menurut dia, BSMI tetap aktif menunjukkan solidaritas terhadap rakyat Palestina melalui berbagai cara.

Menurut dia, BSMI telah menunjukkan solidaritas terhadap rakyat Palestina dengan kampanye online dan offline menggunakan media sosial untuk meningkatkan kesadaran dan dukungan untuk Palestina. 

"Kami juga melakukan penggalangan dana yang disalurkan untuk membantu korban konflik di Gaza, serta mengadakan aksi solidaritas lokal di Indonesia," ucap dia.

Rudi menilai aksi seperti Global March to Gaza tetap memiliki dampak positif dalam mendorong opini publik dan tekanan internasional terhadap penjajahan Israel.

Menurut Rudi, aksi solidaritas Global March to Gaza tersebut dapat meningkatkan kesadaran internasional tentang isu Palestina dan memberikan tekanan pada pemerintah untuk mengambil tindakan. Kontribusi nyata yang bisa dihasilkan adalah meningkatkan kesadaran internasional, memberikan tekanan politik terhadap penjajahan Israel dan sekutunya. 

"Serta mendorong pemerintah Indonesia agar meyakinkan Mesir membuka gerbang Rafah agar bantuan yang menumpuk di perbatasan dapat masuk ke Gaza," kata Rudi.

Meski saat ini terjadi gencatan senjata, kata dia, masyarakat Gaza tetap menderita akibat kelaparan dan krisis kesehatan yang parah karena minimnya pasokan bantuan. Menurut Rudi, gencatan senjata saat ini tidak berarti apa-apa bagi masyarakat Gaza karena kelaparan dan kesehatan yang buruk. Bantuan makanan dan obat-obatan juga tidak boleh masuk ke Gaza. 

"Ini sama saja ketika terjadi perang, masyarakat yang tidak bersalah mati karena bom. Dan ketika gencatan senjata, korban yang meninggal banyak juga karena kelaparan dan sakit yang tidak bisa tertangani di rumah sakit di Gaza karena ketiadaan obat dan alat-alat kesehatan," jelas dia.

Terkait dukungan dari pemerintah Indonesia, Rudi menilai langkah-langkah yang telah diambil cukup konsisten, namun masih dapat ditingkatkan. Menurut Rudi, pemerintah Indonesia secara konsisten menunjukkan dukungan terhadap Palestina melalui berbagai pernyataan dan aksi diplomatik. 

"Namun, masih perlu peningkatan dukungan untuk memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam aksi solidaritas internasional," ujar Rudi.

BSMI sendiri, lanjut Rudi, terus menggencarkan berbagai bentuk dukungan bagi Palestina, terutama di dalam negeri. Sejak 2009 sampai saat ini, BSMI membantu warga Gaza dengan bantuan medis dan obat-obatan serta ambulans, memberikan bantuan makanan, pakaian, dan air bersih, perbaikan rumah sakit, bantuan pendidikan berupa beasiswa dokter umum dan spesialis di beberapa universitas di Indonesia, pelatihan SDM medis di rumah sakit di Gaza, serta membangun Klinik Indonesia di Khan Younis.

"Dan saat ini kami mengirim tim EMT (Emergency Medical Team) dokter-dokter spesialis ke Gaza yang bekerja di European Hospital dan Nasser Hospital di Gaza Selatan," kata Rudi.

Read Entire Article
Politics | | | |